WELCOME TO DHARUS BLOG

Rabu, 26 Oktober 2011

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Extended Horizons Siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng


DRAFT SKRIPSI


Nama                            :    Hijriah B
Nim                               :    2040 2106 019
Jur/Fak                        :    Pendidikan Matematika/Tarbiyah Dan Keguruan
Judul                            :    Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Extended Horizons Siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng


A.       Latar Belakang Masalah

 

Hasil penelitian The Third Internasional Mathematic and Science Study Repeat (TIMSSR) pada tahun 1999 menyebutkan bahwa di antara 38 negara, prestasi siswa SMP Indonesia berada pada urutan 34 untuk matematika. Sementara hasil nilai matematika pada ujian Nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah. Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika merupakan induk ilmu pengetahuan dan ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan.[1]
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2] Kurikulum ini memberlakukan standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan. [3]
Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang pelajaran matematika. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran matematika. Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.[4] Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan tentang kaitan beberapa faktor internal pada diri siswa dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor internal tersebut diantaranya adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan siswa dan faktor non intelektif yaitu motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa.  Faktor non intelektif diantaranya adalah motivasi dan kebiasaan.
Motivasi berprestasi adalah rangkaian dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi yang baik. Motivasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi yang diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berprestasi, serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya ke arah yang lebih baik.
Penelitian ini akan diadakan di sekolah SMP Negeri 2 Bissappu yang terletak di Kabupaten Bantaeng, Sekolah ini berada di pinggiran kota Kabupaten Bantaeng, dimana sekolah ini berada dekat dari pengunungan. Sekolah SMP Negeri 2 Bissappu yang berdiri pada tahun 1981 yang semula bernama SMP Negeri 3 Bantaeng dan berubah nama menjadi SMP Negeri 2 Bissappu sampai sekarang. SMP Negeri 2 Bissappu sudah dijabat sebanyak 8 kepada sekolah diantaranya adalah Drs. Abdul Rahman, H. Abdul Hakim, Karel Estefanus, Abdul Majid, Drs. Abdul Basith, Pasega Pawallang, Drs. M. Bakhtiar dan sekarang Drs. H. Muh Yusuf.
Di mana tingkat kelulusan siswa  SMP Negeri 2 Bissappu pada tahun 2005 sebesar 100%, tahun 2006 tingkat kelulusan sebesar 26,27%  dimana prestasi yang diperoleh sangat menurun, kemudian tahun 2007 tingkat kelulusan sebesar 61,38% dan 2008 tingkat kelulusan sebesar 94,77%. prestasi yang diperoleh mengalami peningkatan. Terlihat bahwa ada beberapa mata pelajaran yang menjadi penyebab tidak lulusnya siswa tersebut. Diantaranya adalah mata pelajaran matematika yang termasuk paling besar persentase ketidaklulusan siswa dan mata pelajaran bahasa inggris.
Hal ini  juga terlihat dalam hal pengerjaan tugas, jika tidak ada konsekuensi tugas harus dikumpul maka hanya sebagian kecil saja siswa yang mengerjakan tugas tersebut. Keadaan tersebut menjadi kebiasaan yang kurang baik pada diri siswa dalam belajar. Pada kegiatan proses belajar mengajar motivasi siswa cenderung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa, namun akan terjadi hal sebaliknya bila tugas yang diberikan terasa sulit. Adapun respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar tergantung dengan metode yang digunakan oleh guru.  
Dari fakta yang tejadi di atas, terlihat bahwa mata pelajaran matematika mencapai nilai rata-rata paling rendah diantara mata pelajaran lainnya. Karena menurut hasil wawancara dengan kepala sekolah dan salah satu guru matematika di SMP Negeri 2 Bissappu dan ditunjang dengan pengamatan sendiri bahwa metode yang  digunakan pada umumnya adalah metode ceramah. Sehingga siswa merasa tidak senang dan tidak puas untuk mencapai keberhasilan belajar dalam meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dan pada akhirnya berakibat pada nilai hasil belajarnya. Hal ini sejalan dengan teori Thorndike bahwa ”belajar akan berhasil bila respon siswa terhadap stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan”.[5]
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Bissappu karena peneliti merasa tempat ini perlu diadakan suatu penelitian untuk mengetahui berapa persen  hubungan antara motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu. Selain itu SMP Negeri 2 Bissappu merupakan tempat yang dipandang perlu diadakan sedikit  pembenahan, sehingga dengan adanya penelitian ini peneliti berharap SMP Negeri 2 Bissappu dapat menjadi  sekolah yang mampu bersaing secara sehat dan terdepan di Kabupaten Bantaeng. Alasan peneliti mengambil model tersebut karena model ini adalah suatu model pembelajaran yang menyentuh langsung mental peserta didik, dengan tujuan bagaimana melahirkan siswa yang cekatan dalam melihat permasalahan, kecepatan menjawab soal, kecepatan menganalisa setiap masalah yang ada, kemudian tingkat berpikir siswa itu bisa meningkat. Jadi dengan adanya model yang nanti akan diterapkan peneliti, mudah-mudahan bisa mengikis segala kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai apa yang diharapkan dalam melahirkan output.
Kebiasaan belajar banyak diartikan sebagai bentuk belajar atau tipe belajar atau cara belajar siswa yang telah dilakukan secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam serta tetap dengan sendirinya. Esensi istilah tersebut adalah suatu perbuatan belajar, yaitu tingkah laku individu-individu pada proses belajar. Kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang telah dikuasai yang bersifat tahan uji atau pola belajar yang ada pada diri siswa yang bersifat teratur dan otomatis. Kebiasaan biasanya terjadi tanpa disertai kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu.[6]  Kebiasaan belajar yang baik akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam hasil tes.
Pada hakikatnya belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol kemudian diterapkannya pada situasi nyata. Schoenfeld mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan dan keterkaitannya dengan fenomena fisik dan sosial.[7]
Fenomena yang ada sekarang ini adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika sangat kurang. Selain itu, faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah penggunaan motode pembelajaran dalam pelajaran matematika, sehingga pada tulisan ini, penulis menawarkan solusi yang tepat dalam hal ini yaitu penggunaan metode Extended Horizons dalam pembelajaran matematika.
Ada beberapa cara yang dilakukan yaitu:
1.   Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa sesuai dengan standar kurikulum
2.    Menerapkan penilaian kelas yang memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran
3.    Dengan membuat variasi tugas dalam serangakain materi yang telah diajarkan
4.    Dengan memastikan bahwa tugas ektensi cukup berbeda dalam gaya dari tugas sebelumnya.[8]

Dengan metode Extended Horizons, ini merupakan strategi yang jauh lebih positif yang mulai memasukkan perbedaan bukan hanya keragaman. Metode ini cukup memotivasi siswa dalam pembelajaran matematika dan  penting bagi guru untuk menyesuaikan dengan suasana. Mendukung siswa untuk mendorong diri mereka sendiri dan mencapai belajar dalam level yang lebih tinggi.
Dikarenakan matematika sebagai suatu ilmu yang tersusun menurut struktur, maka sajian matematika hendaknya dilakukan dengan cara yang sistematis, teratur dan logis sesuai perkembangan intelektual anak, itulah sebabnya sajian matematika yang diberikan kepada siswa berbeda-beda sesuai jenjang pendidikan dan perkembangan intelektualnya. Lalu, bagaimana dengan prestasi belajar siswa pada pengajaran matematika? Bagaimana menyajikan matematika agar siswa lebih termotivasi dalam belajar matematika? Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk meneliti penggunaan metode Extended Horizons dan memotivasi siswa dalam belajar matematika.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah :
1.          Bagaimana hasil belajar matematika sebelum diterapkan metode Extended Horizons pada siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng?
2.          Bagaimana hasil belajar matematika setelah diterapkan metode Extended Horizons pada siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng?
3.          Apakah dengan penerapan metode Extended Horizons dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng?
C.   Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis yang diajukan penulis berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusana masalah di atas adalah: Terdapat peningkatan hasil belajar melalui metode Extended Horizons siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng.
D.   Definisi Operasional Variabel
Untuk mendapatkan gambaran dan memudahkan pemahaman serta memberikan persepsi yang sama antara penulis dan pembaca terhadap judul serta memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka penulis terlebih  dahulu mengemukakan pengertian yang sesuai dengan variabel dalam judul skripsi ini, sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya.
Adapun variabel yang akan dijelaskan yaitu:
       1.  Hasil belajar matematika
Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang menunjukkan tingkat penguasaan dan pemahaman siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng dalam pembelajaran matematika setelah mengikuti proses belajar mengajar.

       2.  Metode Extended Horizons
Metode adalah cara-cara atau tekhnik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam desain pembelajaran, langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. Pada konsep sederhana ini, metode adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana.[9]
 Extended Horizons adalah strategi yang jauh lebih positif yang dalam pemberian tugas secara ekstensi yang berbeda. Metode Extended Horizons adalah metode dengan sistem pemberian tugas secara ekstensi yang berbeda dalam meningkatkan tujuan hasil pembelajaran yang lebih luas, dimana siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan memberikan perasaan puas.
Berdasarkan dari penjelasan diatas, maka yang dimaksud dengan metode Extended Horizons adalah metode pembelajaran  yang menganjurkan pemberian tugas secara ekstensi yang berbeda dalam meningkatkan tujuan hasil pembelajaran yang lebih luas.
Jadi berdasarkan dari penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan peningkatan hasil belajar matematika melalui metode Extended Horizons adalah metode yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng.

E.   Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.    Untuk mengetahui gambaran hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng sebelum diterapkan Metode Extended Horizons.
2.    Untuk mengetahui gambaran hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng setelah diterapkan Metoded Extended Horizons.
3.    Untuk mengetahui apakah penerapan Metode Extended Horizons dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng.
Sedangkan kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa karena bukan hanya hasil ulangan yang dinilai tapi setiap aspek yang dapat mempegaruhi hasil belajar.
2.    Bagi guru khususnya guru matematika, hasil penelitian ini dapat mengetahui titik kelemahan yang menyebabkan hasil belajar siswa berkurang sehingga dapat mengambil pembelajaran yang tepat.
3.    Bagi sekolah, penelitian ini sebagai bahan masukan dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya hasil belajar mengajar dan dapat melahirkan generasi muda yang berkualitas.
F.   Tinjauan Pustaka
A.   Belajar
1.   Pengertian Belajar
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:
a.  Gagne
     Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah.
b.  Travers
     Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c.  Cronbach
     Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.
     (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
d.  Geoch
     Learning Is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah   perubahan performance sebbagai hasil latihan).
e.  Harold Spears
     Learning is to observe, to read, to imitate to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arahan tertentu).
f.  Morgan
     Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).[10]

Menurut Hilgart dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning mengemukakan.
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau kasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).[11]

Menurut Morgan,
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.[12]

Nasution mengemukakan:
Pengertian Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi berkat pengalaman dan latihan.[13]

Hal itu juga diungkapkan oleh Surjana bahwa:

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.[14]
Pengertian belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagaihasil dari pengamatan.[15]
Dari berbagai pengertian diatas tentang belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dari tidak mengerti menjadi mengerti akan sesuatu hal, sehingga akan berakibat pada pribadi  anak tersebut.
2.    Prinsip- prinsip belajar
Setelah kita memahami pengertian tentang belajar, maka ada beberapa prinsip-prinsip belajar yang muncul antara lain sebagai berikut:
Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan  Perilaku sebagai hasil  belajar memiliki cirri-ciri:
a.    Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
b.   Kontinu dan berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
c.    Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
d.   Positif atau berakumulasi.
e.    Aktif atau sebagai usaha  yang direncanakan dan dilakukan.
f.    Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any relatively permanent change in an organism’s behavioral reperiore that occursas a result of experience.
g.   Bertujuan dan terarah.
h.   Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.[16]
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.[17]
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil  dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.[18]
Dari prinsip-prinsip belajar diatas, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan antara lain: belajar adalah perubahan perilaku, belajar adalah suatu proses,  dan belajar adalah bentuk pengalaman.
            3.    Tujuan Belajar
Tujuan dari belajar sebenarnya sangat banyak danm bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan Instrucsional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap  terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya.[19]
4.         Faktor- faktor  yang mempengaruhi belajar
Ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain sebagai berikut:
a.    Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, dan
b.   Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor social. Yang termasuk kedalam faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor  social antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarkannya, alat-alat yang diperlukan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.[20]
            5.    Metode-metode dalam belajar
Ada berbagai metode-metode belajar, yaitu:
a.    Peta pikiran
Burzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak seperti di atas berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep. Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat catatan kreatif yang merupakan peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang terlewatkan dan kaitan fungsionalnya jelas, kemudian dinarasikan dengan gaya bahasa masing-masing. Dengan demikian konsep mendapat retensi yang kuat dalam pikiran, mudah diingat dan dikembangkan pada konsep lainnya. Belajar dengan menghafalkan kalimat lengkap tidak akan efektif, disamping bahasa yang digunakan menggunakan gaya bahasa penulis. Mengingat hal itu, sejian guru dalam pembelajaran harus pula dikondisikan berupa sajian peta konsep, guru membumbuinya dengan narasi yang kreatif. Kemampuan otak manusia dapat memproses informasi berupa bahasa sebanyak 600-800 kata permenit. Dengan kemampuan otak seperti itu dibandingkan dengan kemampuan komputer sangat tinggi. Jika benar-benar dimanfaatkan secara optimal, setiap kesempatan dapat dimanfaatkan untuk dimanfaatkan untuk pembelajaran diri dalam segala hal. Hanya saying banyak orang yang mengabaikannya atau digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat untuk peningkatan kualitas diri, misalnya berangan-angan, menonton, mengobrol atau bercanda tanpa makna.

b.    Kecerdasan Ganda
Goldman mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan, terbagi dua menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak kanan. Kecerdasan intelektual mengalir bergerak (flow) antara kebosanan bila tuntutan pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan banyak. Bila terjadi kebosanan otak akan mengisinya dengan aktivitas lain, jika positif akan mengembangkan penalaran akan tetapi jika diisi dengan aktivitas negatif, missal kenakalan atau lamunan, inilah yang disebut dengan sia-sia atau mubadzir. Ary Ginanjar dan Jalaluddin Rahmat mengemukakan kecerdasan ketiga, yaitu kecerdasan spiritual (nurani-keyakinan) atau kecerdasan fitrah yang berkenaan ini, ada  doa sebagai permintaan dan harapan, dan ibadah lainnya. Bukankah ketentraman individu karena keyakinan beragama ini.
c.    Metakognitif
Secara harfiah, metakognitif bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran berfikir, berfikir tentang apa yang difikirkan dan bagaimana proses berfikirnya yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terfikir serta berfikir dampak sebagai akibat dari buah fikiran terdahulu.
d.   Komunikasi
Siswa dapat belajar tidak akan lepas dari komunikasi antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru. Kemampuan komunikasi setiap individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadiannya, ada individu yang memiliki pribadi positif dan ada pula yang berkepribadian negatif.
e.    Kebermaknaan Belajar
Dalam belajar apapun, belajar efektif (sesuai tujuan) semestinya bermakna. Agar bermakna, belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat tetapi harus dengan melakukan aktivitas (membaca, bertanya, menjawab, berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi).
f.     Konstuksivisme
Hal yang disebut dengan konstruksivisme dalam pembelajaran dan memang  pembelajaran pada hakikatnya adalah konstruksivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang sifatnya proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan. Agar konstrusivisme dapat terlaksana secara optimal, Confrey menyarankan konstruksivisme secara utuh (powerfull constructivism), yaitu: konsistensi internal, keterpaduan, kekonvergenan, refleksi-eksplanasi, kontinuitas historical, simbolis, koherensi, tindak lanjut, justifikasi dan sintaks (SOP).
g.    Prinsip Belajar Aktif
Ada dua jenis belajar, yaitu belajar secara aktip dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat, berupaya terlaksana dan partisipatif dalam setiap kegiatan. Sedangkan belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan belajar, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi, menghindar dari kegiatan.[21]

Dari penjelasan diatas, indikator belajar aktif, sesuai dengan pengertian kegiatan pembelajaran, maka prinsip belajar yang harus diterapkan adalah siswa harus sebagai subjek, belajar dengan melakukan-mengkomunikasikan sehingga kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti kemampuan sosialisasi, empati dan pengendalian diri. Hal ini bisa terlatih melalui kerja individual-kelompok, diskusi, presentasi, tanyajawab, sehingga terpupuk rasa tanggung jawab dan disiplin diri.




B.    Hasil Belajar Matematika
1. Pengertian  hasil belajar matematika
Kata hasil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha.[22]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.[23]
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas.
Menurut Kimble dan Garmezy, hasil belajar dapat diidentifikasikan dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulng-ulang dengan hasil yang sama.[24]
Menurut Abdurrahman, hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh oleh intelegensi dan penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajarinya.[25]
Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.[26] Indikator ketiga ranah tersebut adalah:
a.     Ranah Kognitif
        1. Pengetahuan menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud di sini adalah symbol-symbol matematika, terminology, peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip.
        2. Pemahaman. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dan segala implikasinya.
        3. Penerapan adalah kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstasikan pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya secara tepat ketika mereka diminta untuk itu. Untuk menunjukkan kemampuan tersebut, seorang siswa harus dapat memilih dan menggunakan apa yang mereka telah miliki secara tepat sesuai dengan situasi yang ada dihadapannya.
        4. Analisis adalah kemampuan untuk memilah sebuah struktur informasi kedalam komponen-komponen sedemikian hingga hierarki dan keterkaitan antar idea dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas. Analisis berkaitan dengan pemilahan materi ke dalam bagian-bagian,menemukan hubungan antar bagian dan mengamati pengorganisasian bagian-bagian. 
        5. Sintesis. Dalam matematika, sintesis melibatkan pengkombinasian dan pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk mengkreasikannya menjadi struktur matematika yang lain dan berbeda dari yang sebelumnya.
        6. Evaluasi adalah kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan sebuah ide, kreasi, cara atau metode.[27]

b.    Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin , motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.
c.    Ranah psikomotoris. Tipe hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau  kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu.[28] Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.
Pendapat lain mengemukakan tentang pengertian hasil belajar yaitu sesuatu yang diperoleh dari usaha melalui kegiatan atau belajar yang dilakukan, baik belajar di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat.[29] Hasil belajar dapat dilihat dari nilai rapor yang diperoleh setiap semester atau setiap tahun sedangkan hasil belajar secara keseluruhan dapat diketahui melalui perubahan perilaku.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah ditetapkan di atas, maka dapat dipahami mengenai makna hasil dan belajar. Apabila kedua kata tersebut dipadukan, maka dinyatakan bahwa hasil belajar adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh tujuan pengajaran yang telah dicapai oleh siswa dengan pengalamannya yang telah diberikan atau disiapkan oleh sekolah melalui proses belajar mengajar.
Setelah terjadi proses belajar mengajar, maka diharapkan terjadi suatu perubahan dari pembelajaran, baik perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Perubahan tidak langsung inilah yan disebut hasil belajar. Jadi hasil belajar merupakan muara kegiatan belajar dan merupakan cerminan dari tingkat penguasaan dan keterampilan pelajar.[30]
Demikian pula jika dikaitkan dengan belajar matematika maka hasil belajar matematik merupakan kemampuan yang dicapai siswa dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep matematika setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika. Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam belajar matematika digunakan tes sebagai alat ukurnya.
2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Ada banyak hal yang menentukan dan mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar siswa yaitu:
a.         Keadaan fisik dan psikis siswa yang ditunjukkan oleh IQ(kecerdasan intelektual), EQ(kecerdasan emosi), kesehatan, motivasi, ketekunan, ketelitian, keuletan, dan minat.
b.        Guru yang mengajar dan yang membimbing siswa seperti latar belakang penguasan ilmu, kemampuan mengajar, perlakuan guru terhadap siswa.
c.         Sarana pendidikan yaitu ruang tempat belajar, alat-alat belajar, media yang digun akan guru dan buku sumber belajar.[31]

C.    Metode Extended Horizons
1.      Pengertian Metode Extended Horizons
Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau tekhnik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam desain pembelajaran, langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. Pada konsep sederhana ini, metode adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana.[32]
Extended Horizons adalah metode dengan sistem pemberian tugas secara ekstensi yang berbeda dalam meningkatkan tujuan hasil pembelajaran yang lebih luas, dimana siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan memberikan perasaan puas. Sintaksnya adalah: tugas yang diberikan sudah dirancang sehingga siswa dapat diharapkan mengerjakannya. Untuk siswa yang lebih cepat menyelesaikannya akan diberikan tugas yang lebih sulit dan menantang, dan seterusnya.[33]
G.   Metodologi Penelitian
a.  Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah tindakan kelas (classroom action research) dengan tahapan pelaksanaan meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi yang berulang.
b.  Subjek Penelitian
penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bissappu dengan subjek penelitian siswa kelas VIIIB semester II (genap) tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 37 orang.
c.  Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 yang terbagi atas dua siklus, dimana siklus I dan siklus II merupakan rangkaian yang saling berkaitan. Dalam arti pelaksanaan tindakan siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus I. Secara rinci pelaksanaan tindakan kelas sebagai berikut:

Siklus I
1.      Perencanaan tindakan I
a.       Menelaah kurikulum materi pelajaran matematika untuk kelas VIIIB.
b.      Membuat skenario pembalajaran di kelas dalam hal ini pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
c.       Membuat alat bantu atau media pengajaran bila diperlukan.
2.      Pelaksanaan tindakan II
a.       Sebelum masuk kelas terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekolah dan siswa kelas VIIIB SMP Negeri 2 Bissappu, merincikan kebutuhan yang harus terpenuhi untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
b.      Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
c.       Melakukan pengelompokkan siswa disesuaikan dengan banyaknya siswa.
d.      Melakukan pengajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.
3.      Observasi
Pada tahapan ini di laksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan atau selama proses pembelajaran.
4.      Tes
Memberikan tes pada pertemuan terakhir untuk menguji sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan.
5.      Refleksi
Hasil yang didapatkan dalam hasil tes dikumpulkan serta dianalisa. Hasil analisa data yang didapatkan pada siklus I dipergunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya.
Siklus II
Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan perencanaan, pelaksanaan tindakan I, observasi, tes, refleksi pada siklus I dengan mengadakan perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I apakah yang dilakukan telah meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak.
d.  Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yan sangat penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data. Dengan demikian, instrument harus relevan dengan masalah dan aspek yang akan diteliti agar supaya memperoleh data yang akurat.
Dari penjelasan tersebut, maka instrument yang berfungsi mengumpulkan data atau sarana perolehan data dan informasi kelengkapan pambahasan ini yaitu:
1.      Observasi, pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan hilang. Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Metode Extended Horizons.
2.      Tes. Pedoman tes berisi serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan siswa setelah proses pembelajaran.
3.      Angket, Pedoman angket berisi sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden dan dijawab secara tertulis sesuai petunjuk yang diberikan.
e.  Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Pengumpulan data kuantitatif, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari hasil tes formatif.
2.      Pengumpulan data kualitatif, yaitu pengumpulan data dengan mengunakan pedoman observasi. Data ini dikumpulkan mulai dari pelaksanaan pembelajaran, hingga tes formatif diberikan.
f.  Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam mengolah data adalah:
1.      Analisis deskriptif kualitatif, yaitu teknik analisis dan interpretasi data dalam bentuk pendapat ataupun dari pengamatan dan wawancara.
2.      Analisis deskriptif kuantitatif, yaitu teknik analisis data yang mempersentasikan hasil penelitian untuk membuktikan kebenaran secara keseluruhan dengan rumus :
Membuat tabel distribusi frekuensi:
a.         Persentase
 
Dimana:
P = Angka persentase
 = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Jumlah frekuensi[34]
b.    Menghitung Rata-rata (mean)
     
Dimana:
  = Rata-rata
 = Frekuensi
 = Titik tengah[35]
Pedoman yang akan digunakan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh siswa menjadi skor standar (nilai) untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa mengikuti prosedur yang telah ditetapkan Depdikbud (2003) yaitu:



          Tabel 1. Tingkat Penguasaan Materi
Tingkat penguasaan materi (%)
Kategori hasil belajar
0-34
35-54
55-64
65-84
84-100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi[36]

3.         Indikator Keberhasilan (Ketuntasan hasil belajar)
Ukuran dari indikator peningkatan hasil belajar matematika siswa adalah hasil tes siswa sudah menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar. Menurut ketentuan Depdikbud bahwa siswa dikatakan tuntas belajar jika memperoleh skor minimal 65% dari skor ideal, dan tuntas secara klasikal apabila minimal 85% dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar.
Sedangkan analisis kualitatif dilaksanakan sesuai dengan kecenderungan yang terjadi pada setiap siklus dengan menggunakan penelitian secara verval (aktivitas yang diamati).




KOMPOSISI BAB

BAB I                 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Definisi Operasional Variabel
D.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
E.     Garis Besar Isi Skripsi
BAB II                        TINJAUAN PUSTAKA
A.    Belajar
B.     Hasil Belajar Matematika
C.     Metode Extended Horizons
BAB III              METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
B.     Subjek Penelitian
C.     Prosedur Penelitian
D.    Instrumen Penelitian
E.     Tekhnik Pengumpulan Data
F.      Tekhnik Analisis Data
BAB IV              HASIL PENELITIAN
A.    Hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng sebelum diterapkan Metode Extended Horizons.
B.     Hasil belajar matematika siswa  SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng setelah diterapkan Metode Extended Horizons.
C.     Peningkatan hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng melalui Metode Extended Horizons.
BAB V                PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA

.               
  































[1] Sofyan,Hermanto,Makalah Persentasi:Mendeteksi Potensi Siswa,(Jakarta:Depdiknas,2005)

[2]Tim Penyusun, Undang-undang RI Nomor 20 tahun  2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Bandung: Citra Umbara, 2003), h.3.
[3] Ibi,h.7
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Cet.X; Bandung: Rosda Karya, 2004), h.132.

[5] Erman Suherman, dkk. Strategi pembelajaran Matematika Kontemporer (Edisi Revisi, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 28.
[6]Sri Hardjo dan Badjuri,  Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Semarang, (Semarang: UPBJJ UT. 2006). http://www. Scribd.co.id /index.html (13 Juli 2009).
[7] Hamsah,B.Uno.Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif.(Jakarta,Bumi Aksara,2008).hlm.130
[8] Paul Ginnis,Trik dan Taktik Mengajar,(Jakarta:PT Macananan,Jaya Cemerlang,2008)
[9] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran (cet. 2; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 18.
[10]Agus Suprijono, Cooperative Learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009),h.2-3
[11] Purwanto,Psikologi Pendidikan (Cet.II;Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,1996),h.84
[12] Ibid.
[13] Nasution,Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.(Cet.II;Jakarta:Bina Aksara,1985),h.52
[14] Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.(Cet.III;Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,1991),h.17.
[15] Erman Suherman,dkk;op.cit,.h.7.
[16] Agus Suprijono,op.cit.,h.4
[17] Ibid.
[18] Agus Suprijono. loc.cit

[19] Agus Suprijono. loc.cit ,h.5.
[20] Purwanto,op.cit.,h.102
[21] Erman Suherman,Model Belajar dan Pembelajaran Beriorentasi Kompetensi Siswa Peta Konsep Anak,http://pkab.wordpress.com/category/contoh/pembelajaran.(24 Oktober 2009).
[22]Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta:Balai Pustaka,1994),h.343
[23] Ibid.,h.30.
[24] Nasution,Proses Belajar(Jakarta:Bumi Aksara,2004),h.30
[25] Ibid.,h.30
[26] Nana Sudjana,op.cit.,h.22
[27] Erman Suherman,dkk.,op.cit.,h.225.
[28] Ibid.h.31.
[29] Tabrani Rusyan.Kunci Sukses Belajar(Edisi I:Bandung:Sinergi Pustaka Indonesia, 2006),h.28.
[30] Muhammad Zainal Abidin,Efektivitas Penggunaan Maple Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear siswa kelas x Madrasah Aliyah Al-Falah Lemahabang Kec.Bone-Bone Kab.Luwu Utara(Skripsi,Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Alauddin,2007),h.18.
[31]Suharsimin Arikunto,Cepi Safruddin Abdul Jafar, Evaluasi Program Pendidikan:Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan(Cet.2,Jakarta:PT.Bumi Aksara,2007)h.6
[32] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran (cet. 2; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 18.
[33] Paul Ginnis,Trik dan Taktik Mengajar(Jakarta:PT. Macanan Jaya Cemerlang)   
[34] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Cet. XIV; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 43.
[35]Muhammad Arif Tiro, Dasar-Dasar Statistik (Cet. II: Makassar: State University of Makassar Press, 2000), h. 133.
[36]Depdiknas, Pedoman Umum Sistem Pengujian Hasil Kegiatan Minat Belajar, http://www.google.com.2009 (02 Februari 2009)

1 komentar:

  1. maaaaf....
    saya mau tanya..
    kalo buku tentang model extended horisons ini buku apa ya....
    saya sudah cari tapi ga ketemu.....

    dari: lia lubis

    BalasHapus