PROPOSAL
Pengaruh
Motivasi dan Kebiasaan Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas
VIII SMP
Negeri
5 Ujung loe Kabupaten Bulukumba
DARUSSALAM
10536 1790
07
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya
merupakan sesuatu yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan berpikir atau bernalar.
Pendidikan juga berfungsi dalam membimbing, mengarahkan dan menuntun
siswa kepada suatu proses berpikir logis, ilmiah dan bertanggung jawab, sehingga nantinya diperoleh generasi handal
dan kompeten pada bidang yang ditekuni.
Lembaga pendidikan yang dimaksud adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Melalui lembaga pendidikan inilah, diharapkan mampu meningkatkan kualitas
sumber daya manusia karena kemajuan suatu Negara tidak hanya ditentukan oleh
kualitas sumber daya alamnya, tetapi yang paling penting adalah kualitas sumber
daya manusia negara tersebut.
Agar bangsa Indonesia
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, maka salah satu wadah
kegiatan yang dipandang berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia adalah pendidikan, baik pendidikan jalur sekolah maupun pendidikan luar
sekolah.
Dalam dunia pendidikan,
istilah belajar telah lama ada dan pada dasarnya setiap individu telah
melaksanakan aktivitas belajar. Individu
yang belajar senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya yang pada gilirannya
terjadi suatu perubahan pada dirinya.
Seseorang yang belajar
selalu melibatkan kemampuan kognitif yang ada pada dirinya, dan juga kemampuan
lain seperti: motivasi, kebiasaan belajar, penguasaan dan pengendalian diri,
empati dan beberapa keterampilan sosial.
Dalam kurung dekade terakhir, kemampuan
lain itu menjadi perbincangan yang hangat di kalangan para ahli. Ternyata
kecerdasan kognitif (IQ) yang dulunya menjadi tolok ukur utama dalam menilai
kecerdasan seseorang tidak cukup untuk membuat manusia meraih prestasi yang
tinggi. Sebab disamping IQ tersebut
kemampuan yang disebutkan di atas
ternyata mampu membuat orang lebih mampu menata diri dan meningkatkan hasil
belajar.
Belajar banyak dipengaruhi
oleh motivasi, baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Oleh karena
motivasi merupakan motor penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu termasuk belajar sehingga tujuan belajar tercapai, maka dalam belajar
matematika juga diperlukan motivasi yang tinggi agar siswa berpeluang besar
memperoleh nilai matematika yang tinggi. Tinggi rendahnya motivasi belajar
siswa dapat terlihat dari keadaan siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Perhatian siswa pada saat pembelajaran
berlangsung, seriusnya siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, serta
meningkatnya hasil belajar siswa merupakan faktor penilaian yang dapat
dijadikan parameter dalam mengukur peningkatan motivasi belajar.
Kebiasaan belajar turut pula memainkan
peranan yang sangat penting bagi para siswa untuk memperoleh hasil belajar yang
baik. Kecerdasan tidak dianggap sebagai faktor utama untuk mencapai sukses. Tetapi,
intelegensi yang tinggi jika didukung kebiasaan belajar yang baik dan dilandasi
motivasi belajar yang kuat pasti akan medatangkan sukses dalam belajar.
Berkaitan dengan kenyataan
yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun
faktor dari luar (eksternal). Oleh karena itu, faktor penyebab kesulitan siswa
khususnya yang mempengaruhi hasil belajar matematika perlu diteliti secara
sistematis, sehingga karakteristik siswa yang diduga mempunyai pengaruh
terhadap hasil belajar matematika dapat ditelusuri secara lebih seksama. Dengan
demikian sebagai langkah awal dianggap perlu dilakukan penelitian terhadap
faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar matematika. Beberapa faktor yang
dimaksud antara lain motivasi dan kebiasaan belajar matematika.
Berdasarkan uraian di atas,
maka penulis termotivasi mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Kebiasaan Belajar
Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri
5 Ujung loe Bulukumba”.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa kelas VIII
SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba khususnya faktor motivasi dan kebiasaan belajar
matematika. Faktor motivasi meliputi
aspek rasa ingin tahu/rasa senang, semangat, percaya diri dan manfaat yang
dirasakan. Sedangkan faktor kebiasaan
belajar meliputi perhatian, cara belajar dan ketekunan. Hasil belajar matematika diukur dengan
menggunakan tes yang meliputi aspek kognitif yang terdiri atas unsur ingatan,
unsur pemahaman dan unsur aplikasi pada materi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan
pada bagian di atas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Apakah terdapat pengaruh positif motivasi belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba?
2.
Apakah terdapat pengaruh positif kebiasaan belajar
terhadap hasil belajar matematika
siswa SMP Negeri 5 Ujung loe
Bulukumba?
3.
Apakah terdapat pengaruh positif secara bersama antara
motivasi dan kebiasaan belajar terhadap hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif
motivasi terhadap hasil belajar
matematika siswa SMP Negeri 5
Ujung loe Bulukumba?
2.
Untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh positif kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba?
3.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif
motivasi dan kebiasaan belajar secara
bersama terhadap hasil belajar matematika siswa
SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba?
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka usaha peningkatan hasil belajar siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba? Secara rinci manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Memberikan gambaran pengaruh antara hasil belajar
matematika, motivasi dan kebiasaan belajar siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba?
2.
Sebagai bahan
masukan bagi siswa, dalam upaya
peningkatan proses hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba?
3.
Sebagai bahan masukan bagi guru-guru, khususnya guru
matematika tentang variabel yang mempengaruhi hasil belajar matematika sehingga
guru dapat mengarahkan siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki
dan memperbaiki kebiasaan belajarnya.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Pengertian
Belajar
Berbagai ahli mendefinisikan
belajar sesuai aliran filsafat yang dianutnya, antara lain sebagai berikut:
Ernes ER.
Hilgard, mendefinisikan sebagai berikut:
Learning is the process by which an activity originates or is charged
throught training procedures (whether in the laboratory or in the natural
environments) as disitingguished from changes by factor not attributable to
training. Artinya, (seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan
sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah)
(Riyanto, 2010: 4).
Sedangkan menurut Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan linkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas (Riyanto, 2010: 5).
Menurut R. Gagnet belajar
ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku (dalam Slameto, 2010: 13). Cronbach menyatakan
bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman.
Menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami
sesuatu yaitu menggunakan pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah
suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu,
mendengar, dan mengikuti arah tertentu (dalam Riyanto, 2010: 5).
Menurut Gagne dinyatakan
bahwa belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat
dipertahankan selama proses pertumbuhan. Hal ini dijelaskan kembali oleh Gagne
(dalam Riyanto, 2010: 5) bahwa belajar merupakan suatu peristiwa yang terjadi
di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah, dan dikontrol.
Lebih lanjut, Degeng (dalam
Riyanto, 2010: 5) menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru
pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini mempunyai arti
bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau
ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan
pengetahuan yang baru. Belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi
yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi,
seperti skill, persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan
perbaikan performansi. pandangan aliran psikologi dikelompokkan menjadi tiga
bagian. Pertama, psikologi behavioristik yang menganggap bahwa belajar
merupakan respon terhadap stimulus dari luar. Kedua, psikologi humanistik
menganggap bahwa belajar sifatnya sangat individual dan pribadi. Ketiga,
psikologi kognitif yang menganggap bahwa belajar merupakan perpaduan dari usaha
pribadi dengan kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan.
Selanjutnya dalam skripsi
Haeranah, 2006 (Hudoyo), belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang.
Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk,
dimodifikasi dan berkembang disebabkan karena belajar. Karena itu seseorang
dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu
proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku itu memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama.
Perubahan tingkah laku yang berlaku relatif lama itu disertai dengan usaha
sehingga dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Kegiatan
usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan
perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.
Belajar adalah suatu proses
untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga
meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berfikir,
sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi (Riyanto, 2010)
Belajar adalah suatu proses
untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya kreasi, daya penerimaan sebagai
aspek yang ada pada diri setiap individu.
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Belajar merupakan kegiatan
yang tidak bisa terlepas dari diri siswa. Kegiatan belajar sangat
bermacam-macam. Aneka macam kegiatan belajar ini dilatarbelakangi oleh adanya
tekanan yang berbeda terhadap aspek-aspek belajar, seperti tekanan pada sifat,
bentuk, keterampilan, proses, tempat belajar dan lain-lain.
Kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Dari sekian banyak faktor
yang berpengaruh itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor
intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) diri siswa.
Faktor-faktor ini merupakan faktor-faktor psikologis dalam belajar yang
memiliki peranan penting. Menurut Thomas F. Staton (dalam Sardiman, 2011: 39),
“salah satu faktor psikologis dalam belajar adalah motivasi”. Ada berbagai macam pengertian motivasi yang
dikemukakan oleh para ahli.
Mc. Donald (dalam Sardiman,
2011: 73) mengemukakan bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan”. Kemudian oleh Hardy (2005: 15) menyatakan
bahwa “motivasi adalah dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu”.
Sardiman (2011) mengemukakan
pengertian motivasi sebagai berikut:
Motivasi
adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka
akan berusaha untu meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (75).
Thabrany (1993) mengemukakan
bahwa para ahli pendidikan dan psikologi sependapat bahwa motivasi amat penting
dalam menunjang keberhasilan belajar.
Motivasi yang kuat membuat seseorang sanggup bekerja ekstra keras untuk
mencapai sesuatu. Hal ini disebabkan
oleh adanya unsur harapan dan optimisme
yang tinggi yang terkandung dalam motivasi sehingga memiliki kekuatan semangat
untuk melakukan aktivitas tertentu.
Menurut Sardiman (2011) ,
kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan/mendesak.
Motivasi belajar merupakan
segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi
fisiologi dan kematangan fisiologis siswa. Beberapa unsur yang dapat
mempengaruhi motivasi belajar yakni cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa,
kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur dinamis dalam belajar dan
pembelajaran, upaya guru dalam membelajarkan siswa. Hasil belajar akan menjadi
optimal bila ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi
motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar, yakni :
1.
Memberi angka
2.
Hadiah
3.
Saingan/kompetisi
4.
Ego-involvement
5.
Memberi ulangan
6.
Mengetahui hasil
7.
Pujian
8.
Hukuman
9.
Hasrat untuk belajar
10.
Minat
11.
Tujuan yang diakui
Motivasi belajar sangat
penting dipahami oleh siswa maupun guru.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat
non-intelektual. Peranannya yang khas
adalah dalam hal penumbuhan gairah, perasaan senang, semangat untuk belajar,
keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Motivasi itu sendiri menentukan
tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa adanya
motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
Sekarang kita akan
menguraikan pengertian motivasi belajar. Dalam bukunya, Sardiman (2011)
menyatakan bahwa:
Motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai (75).
Dikatakan “keseluruhan”,
karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa
untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat
non-intelektual. Arden N Frandsen (dalam Sardiman, 2011) menyatakan beberapa
hal yang mendorong seseorang untuk belajar, yakni: (1) adanya sifat ingin tahu
dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, (2) adanya sifat yang kreatif pada
orang yang belajar dan adanya keinginan untuk selalu maju, (3) adanya keinginan
untuk mendapatkan simpati dari oran tua, guru, dan teman-temannya, (4) adanya
keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik
dengan kooperasi maupun dengan kompetisi, (5) adanya keinginan untuk
mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, dan (6) adanya ganjaran atau
hukuman sebagai akhir dari belajar.
b.
Pentingnya Motivasi Belajar
Motivasi belajar mempunyai
peranan yang khusus dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat
untuk belajar. Pasaribu (1983) mengemukakan bahwa "belajar dan motivasi
berhubungan karena tiap-tiap kegiatan belajar dipengaruhi atau didahului oleh
motivasi yang timbul dari individu atau pengaruh dari luar individu" (53).
Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar. Seorang siswa yang memiliki intelegensia yang cukup tinggi,
boleh jadi gagal dalam belajar karena kurangnya motivasi. Jadi hasil belajar
itu akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Menurut Nasution (2000) bahwa
motif atau sebab anak belajar dapat dibagi dua yaitu: (1) ia belajar karena
didorong oleh keinginan untuk mengetahuinya, dan (2) ia belajar supaya mendapat
angka yang baik, naik kelas, dan mendapat ijazah.
Sardiman (2011) mengemukakan
tiga fungsi motivasi yaitu: (1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energi, (2) Menentukan arah perbuatan,
yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, serta (3) Menyeleksi perbuatan, yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
Motivasi mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar. Petri, Herbert L Motivasi adalah tenaga yang
menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivation is the concept we
use when describe the force action on or within an organism to initiate and
direct behavior (dalam Riyanto, 2010: 72). Motivasi dapat merupakan tujuan dan
alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan
untuk mengajar. Disamping itu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha
dan pencapaian hasil. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan
hasil yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan
tingkat pencapaian hasil belajarnya.
3.
Kebiasaan Belajar
Kebiasaan
belajar merupakan hal yang penting dalam menentukan efektif tidaknya usaha
belajar yang dilakukan. Kebiasaan belajar yang baik akan timbul dalam diri
seseorang jika seseorang itu mempunyai niat untuk melakukannya. Niat itu
diwujudkan dalam perbuatan yang berulang-ulang setiap hari sehingga menjadi
suatu kebiasaan.
Djaali (1986) menyatakan
bahwa kebiasaan belajar matematika adalah cara belajar matematika yang biasa
dilakukan secara berulang-ulang oleh siswa sehingga menjadi suatu kebiasaan
setiap kali belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu,
ketepatan belajar matematika yang dilakukan oleh siswa atau keseringan
melakukan kebiasaan belajar matematika yang baik akan menentukan berhasil
tidaknya dalam belajar matematika.
Ada dua macam kebiasaan
belajar, yang pertama ialah kebiasaan belajar baik yang membantu siswa
menguasai pelajarannya, mencapai kemajuan belajar, dan akhirnya meraih sukses. Yang
kedua adalah kebiasaan belajar buruk yang mempersulit siswa memahami
pengetahuan, menghambat kemajuan belajar dan akhirnya mengalami kegagalan.
4. Pengertian Hasil Belajar
Hasil
belajar matematika sebagai wujudnya tercapainya tujuan pengajaran matematika. Karena
perubahan tingkah laku adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap aktivitas
belajar, maka perubahan tingkah laku dapat menjadi salah satu indikator sebagai
pedoman untuk mengetahui kemajuan siswa dalam segala hal yang diperolehnya di
sekolah, kemudian untuk mengetahui kemajuan berupa penguasaan dari siswa
terhadap bidang studi tertentu, maka dilaksanakan evaluasi arau penilaian
dengan memberikan tes.
Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, “hasil” diartikan sebagai sesuatu yang telah
dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya (Poerwadarminta,
1984). Selanjutnya Bahri (Haeranah, 2006) menyatakan bahwa hasil adalah
sesuatu yang diperoleh dari suatu
kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok.
Hasil
belajar merupakan muara kegiatan belajar, merupakan cerminan dari tingkat
penguasaan dan pengetahuan serta keterampilan peserta didik yang terwujud
berupa angka dan nilai yang sesuai dengan hasil pengukuran tes yang telah
dilaksanakan. Hasil tidak lain adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan yang diperoleh dengan kegiatan kerja, baik secara individual maupun
kelompok dalam bidang tertentu.
5.
Hakikat Belajar Matematika
Belajar matematika adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya suatu perubahan pada diri peserta
didik. Dengan belajar matematika maka pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan
sikap seseorang akan terbentuk dan berkembang menjadi suatu prestasi. Belajar
matematika juga merupakan suatu proses kegiatan yang diharapkan mampu
memberikan perubahan pada keterampilan siswa. Keterampilan yang dimaksudkan
adalah pemahaman terhadap struktur, hubungan, pola dan bentuk seperti yang
dikemukakan oleh Hudoyo (1990) menyatakan bahwa : “Penelahan matematika tidak
sekedar kuantitas tetapi lebih dititik beratkan pada hubungan, pola, bentuk dan
struktur”.
Mempelajari matematika tidak
bisa hanya dengan membaca saja seperti pada pembelajaran tertentu, tetapi
hendaknya banyak latihan soal-soal setiap pokok bahasan ke pokok bahasan
berikutnya. Matematika dengan cirinya yang tersendiri memerlukan prinsip
belajar yang cocok dalam mempelajarinya, seperti yang dikemukakan oleh Jorome
Bruner (Hudoyo 1990) bahwa :
“Belajar
matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika
yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan
antara konsep-konsep dan struktur-struktur itu”.
Berdasarkan beberapa pendapat itu, dapat dikatakan bahwa
belajar matematika merupakan suatu proses. Belajar matematika merupakan suatu
proses kontinu karena konsep matematik tersusun secara hirarkis. Proses belajar
matematika akan berjalan jika seseorang menguasai atau menerapkan pengalaman
belajar matematika sebelumnya. Matematika harus dipelajari menurut aturan
ingkat kesukaran yang logis dan juga didasarkan pada pengalaman belajar yang
terdahulu sehingga hasil belajar benar-benar bermakna.
Belajar matematika pada
hakikatnya adalah suatu aktifitas mental dan fisik untuk memahami arti dari
berbagai konsep, struktur, hubungan dan simbol kemudian menerapkan pada situasi
lain sehingga terjadi perubahan pengetahuan dan keterampilan.
B. Kerangka Berpikir
Hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa hal, baik yang bersumber dari dalam
dirinya sendiri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal). Faktor internal antara lain intelegensi,
konsentrasi, sikap, motivasi, ambisi/tekad, dan sebagainya (Thabrany, 1993). Sedangkan faktor eksternal antara lain
fasilitas belajar, perhatian orang tua, iklim keluarga, lingkungan masyarakat,
dan lain-lain.
Belajar matematika membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan perhatian
yang sungguh-sungguh, sehingga diperlukan adanya motivasi belajar karena dalam
tumbuhnya motivasi siswa terhadap pelajaran maka akan meningkatkan hasil
belajarnya. Siswa yang memiliki
intelegensi yang tinggi boleh jadi gagal dalam belajar disebabkan oleh
keinginan, hasrat, dorongan ataupun arahan untuk mengetahui pelajaran memang
tidak ada.
Kebiasaan belajar turut pula menentukan keberhasilan seorang siswa dalam
belajar matematika. Keberhasilan siswa dalam belajar banyak ditentukan oleh
teknik dan upaya siswa dalam mengatur waktu belajar, mendisiplinkan diri,
mengkonsentrasikan pikiran pada pelajaran, dan mengendalikan diri dari
godaan-godaan yang menangguhkan usaha belajar. Cara belajar yang dipraktekkan
merupakan suatu keterampilan yang akan menjadi suatu kebiasaan. Sehubungan
dengan itu dikatakan bahwa seseorang yang mempunyai kebiasaan dan keterampilan
yang baik dalam mengatasi masalah-masalah belajar, maka besar kemungkinan akan
berhasil di kemudian hari. Hal ini menyatakan bahwa kebiasaan belajar akan
mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu kebiasaan belajar mempunyai
pengaruh positif terhadap tingkat hasil belajar matematika.
Berdasarkan
beberapa kajian teori yang telah dipaparkan, ternyata motivasi dan kebiasaan
belajar sangat berpengaruh pada diri seseorang (Thabrany, 1993). Seorang siswa yang memiliki motivasi tinggi
cenderung melakukan kebiasaan belajar yang baik khususnya dalam pelajaran
matematika, akan memberikan peluang besar untuk memperoleh nilai yang tinggi
dari hasil belajarnya.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan
tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan pada bagian
sebelumnya maka dapat diartikan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat
pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba? Untuk
keperluan analisis, maka hipotesis tersebut dirumuskan :
H0
: β1 = 0 lawan H1 : β1 > 0
2. Terdapat
pengaruh kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba? Untuk
keperluan analisis, maka hipotesis tersebut dirumuskan :
H0
: β2 = 0 lawan H1 : β2 > 0
3. Terdapat pengaruh secara bersama antara motivasi
dan kebiasaan belajar terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba? Untuk
keperluan analisis, maka hipotesis tersebut dirumuskan :
H0
: β1 = β2 = 0
lawan H1 : β1
> 0 dan β2 >
0
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Variabel dan Desain Penelitian
1.
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah
:
a. Hasil
belajar matematika siswa SMP Negeri 5
Ujung loe Bulukumba.(Y)
b. Motivasi
belajar siswa SMP Negeri 5 Ujung loe
Bulukumba.(X1)
c. Kebiasaaan
belajar siswa SMP Negeri 5 Ujung loe
Bulukumba.(X2)
2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Ex-Post
Facto, yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel motivasi dan kebiasaan
belajar mempunyai pengaruh positif terhadap variabel hasil belajar matematika.
Adapun desain penelitiannya adalah :
Keterangan
:
X1 : Motivasi belajar siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba.
X2 : Kebiasaan belajar siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba.
Y : Hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba.
B.
Definisi Operasional Variabel
Secara operasional,
variabel-variabel yang diselidiki didefinisikan sebagai berikut :
1. Motivasi Belajar
Motivasi belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah semangat atau dorongan yang timbul pada
diri siswa untuk memperoleh hasil belajar matematika yang maksimal, sehingga
menimbulkan ketekunan dan kecintaan serta kerja keras untuk mencapai hasil
belajar itu tanpa merasakan adanya tekanan dari pihak manapun. Motivasi yang dimaksud tercermin dari skor
yang dicapai oleh responden setelah diberikan instrumen berupa skala penilaian
motivasi belajar yang meliputi : (1) Rasa ingin tahu dan rasa senang / tertarik,
(2) Semangat, (3) Percaya diri dan (4) Manfaat yang dirasakan.
2. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah cara atau kebiasaan belajar yang sering
dilakukan oleh siswa. Kebiasaan belajar yang dimaksud tercermin dalam skor yang
dicapai oleh responden setelah diberikan instrumen berupa skala penilaian
kebiasaan belajar yang meliputi : (1) Perhatian, (2) Cara belajar dan (3) Ketekunan.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar matematika
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang menunjukkan tingkat
penguasaan dan pemahaman siswa SMP
Negeri 5 Ujung loe Bulukumba.dalam mata pelajaran matematika yang diketahui
dari hasil pemberian tes.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Adapun anggota populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 5 Ujung loe Bulukumba.tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 105 orang. Pemilihan kelas VIII atas dasar nilai rata-rata yang diperoleh pada
ujian semester dan kesiapan siswa dalam menghadapi ujian akhir nasional.
Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposif cluster proporsional random sampling. Adapun langkah-langkah pengambilan sampel
yang ditempuh sebagai berikut :
Langkah Pertama :
Mengidentifikasi semua kelas
VIII SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba yang tersebar dalam tiga kelas. Jumlah
siswa pada masing-masing kelas ditunjukkan pada tabel di bawah ini
:
Distribusi
Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Ujung loe Bulukumba Tahun Pelajaran
2010/2011
No
|
Kelas
|
Jumlah
Siswa
|
1
|
VIII.a
|
34
orang
|
2
|
VIII.b
|
36
orang
|
3
|
VIII.c
|
35
orang
|
|
Jumlah
|
105
orang
|
Langkah Kedua :
Membuat kerangka sampling
pada masing-masing kelas.
Langkah ketiga :
Membuat kerangka sampling
pada masing-masing kelas dengan siswa sebagai unit sampling.
Langkah Keempat :
Mengambil secara acak beberapa siswa dari
masing-masing kelas secara proporsional dari ukuran sampel yang direncanakan
sebanyak 30 orang siswa dengan tujuan agar semua kelas terwakili, dimana tiap
kelas terdiri dari
10 orang siswa dengan perhitungan sebagai berikut :
Kelas VIIIa : 10 0rang
Kelas VIIIb : 10 0rang
Kelas VIIIc : 10 0rang
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh skor variabel penelitian,
digunakan tiga jenis instrumen, yaitu (1) tes hasil belajar matematika, (2)
skala motivasi belajar, dan (3) skala kebiasaan belajar. Adapun rincian dari
instrumen-instrumen tersebut sebagai berikut :
1. Dengan tes
Instrumen ini dikembangkan sendiri
oleh penulis yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah pada kelas VIII SMP dan
divalidasi oleh tim validator yang terdiri atas dua orang dosen jurusan matematika.ditunjukkan
dengan keterangan validitas instrumen pada lampiran.
Tes
hasil belajar matematika disusun untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Ujung loe
Bulukumba dalam bentuk pilihan ganda dan setiap butir soal dilengkapi dengan
empat pilihan jawaban. Salah satu di
antara keempat pilihan jawaban itu merupakan kunci. Sedangkan pilihan jawaban lainnya merupakan
jawaban salah. Setiap butir mempunyai
skor 1 bila menjawab benar dan 0 bila salah.
Aspek yang diukur melalui
instrumen hasil belajar matematika adalah aspek kognitif yang terdiri dari tiga
jenjang kemampuan, yaitu ingatan, pemahaman dan penerapan atau aplikasi.
2. Skala penilaian motivasi belajar
Instrumen ini disusun dengan
indikator sebagai berikut : (1) Rasa
ingin tahu dan rasa senang / tertarik; (2) Semangat; (3) Percaya diri; (4) Manfaat yang dirasakan.
Instrumen ini merupakan hasil adaptasi dari instrumen yang sudah pernah dipakai
oleh peneliti sebelumnya yang disusun oleh Hardy (2005).
Bentuk
alat ukur motivasi belajar adalah skala penilaian model Likert, dimana setiap
itemnya dilengkapi dengan lima pilihan jawaban, yaitu : Sangat setuju (SS),
Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju
(STS). Skor pilihan jawaban tersebut
bergantung kepada bentuk pernyataan itemnya.
Untuk pernyataan positif skornya
masing-masing adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, STS = 1, sedangkan untuk pernyataan
negatif skornya masing-masing adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, dan STS = 5.
Sebelum digunakan, skala
penilaian ini telah divalidasi oleh tim validator yang terdiri atas dua orang
dosen jurusan matematika yang ditunjukkan dengan keterangan validitas instrumen
pada lampiran.
3. Skala Penilaian Kebiasaan belajar
Instrumen kebiasaan belajar yang dimaksud
adalah cara belajar matematika yang sering dilakukan oleh siswa. Kuesioner kebiasaan belajar diukur dengan
menggunakan indikator, yaitu : (1) Perhatian,
(2) Cara belajar dan (3)
Ketekunan. Instrumen ini merupakan hasil
adaptasi dari instrumen yang sudah pernah dipakai oleh peneliti sebelumnya yang
disusun oleh Haeranah (2006).
Bentuk
alat ukur kebiasaan belajar adalah skala penilaian model Likert, dimana setiap
itemnya dilengkapi dengan lima pilihan jawaban, yaitu : Sangat setuju (SS),
Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor
pilihan jawaban tersebut bergantung kepada bentuk pernyataan itemnya. Untuk
pernyataan positif skornya masing-masing adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2,
STS =1, sedangkan untuk pernyataan negatif skornya masing-masing adalah SS = 1,
S = 2, R = 3, TS = 4 dan STS = 5.
Sebelum digunakan, skala
penilaian ini telah divalidasi oleh tim validator yang terdiri atas dua orang
dosen jurusan matematika yang ditunjukkan dengan keterangan validitas instrumen
pada lampiran.
E. Teknik Analisis Data
Data
yang diperoleh dari sampel penelitian berupa skor hasil belajar matematika dan
skor motivasi belajar dan skor kebiasaan belajar yang dianalisis dengan
menggunakan paket program analisis statistik. Teknik analisis statistik yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial.
1. Statistika Deskriptif
Teknik statistika deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden. Untuk keperluan tersebut digunakan tabel
distribusi frekuensi, rata-rata, standar deviasi dan persentase.
Pengkategorian skor hasil
belajar matematika digunakan kriterian Nurkancana (Haeranah, 2006) yang
dikembangkan dalam lima tingkatan yaitu :
Tingkat penguasaan 90% - 100% dikategorikan
“Sangat Tinggi”
Tingkat penguasaan 80% -
89% dikategorikan “Tinggi”
Tingkat penguasaan 65% -
79% dikategorikan “Sedang”
Tingkat penguasaan 55% -
64% dikategorikan “Rendah”
Tingkat penguasaan
0% - 54% dikategorikan “Sangat Rendah”
Berdasarkan pedoman
tersebut, maka kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar
matematika responden ditetapkan kategori sebagai berikut :
Skor 13,5 -
15,0 dikategorikan
“Sangat Tinggi”
Skor 12,0 -
13,4 dikategorikan “Tinggi”
Skor 9,8 -
11,9 dikategorikan “Sedang”
Skor 8,3 - 9,6 dikategorikan
“Rendah”
Skor 0,0 - 8,1 dikategorikan
“Sangat Rendah”
Untuk skor penilaian
motivasi dan kebiasaan belajar dilakukan pembobotan dengan menggunakan
langkah-langkah yang dikemukakan oleh Edwards (Haeranah, 2006), yaitu :
a. Menghitung frekuensi (f) masing-masing
kategori dari setiap pernyataan.
b. Menentukan proporsi
(p) dengan cara membagi setiap frekuensi dengan banyaknya subjek.
c. Menentukan proporsi kumulatif
(pk), yaitu jumlah proporsi suatu kategori dengan proporsi sebelumnya.
d. Menentukan titik tengah proporsi kumulatif (f-mid)
dan dua proporsi kumulatif berdampingan.
e.
Menentukan nilai z masing-masing titik tengah proporsi.
f.
Penambahan suatu bilangan sehingga nilai z yang negatif menjadi nol.
g. Pembulatan
hingga dua tempat desimal.
2.
Statistika Inferensial
Teknik statistika
inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Untuk keperluan tersebut dalam mencari
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas yang dianalisis dengan
menggunakan analisis regresi linear sederhana dan regresi linier ganda pada
taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
Sebelum pengujian hipotesis dengan statistika inferensial, terlebih
dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yakni uji homogenitas dan uji dan uji
normalitas.
Adapun model regresi linier
sederhana tersebut sebagai berikut :
- Ү = β0 + β1х1 + є
- Ү = β0 + β2х2 + є
Sedangkan model regresi
linear ganda tersebut sebagai berikut :
Ү = β0
+ β1х1 + β2х2 + є
Keterangan :
Ү :
Hasil belajar matematika
β0 :
Konstanta
β1 :
Koefisien regresi motivasi belajar matematika
β2 :
Koefisien regresi kebiasaan
belajar matematika
х1 : Motivasi belajar matematika
х2 :
Kebiasaan belajar matematika
є :
Error/Residual
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif
dan Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers.
Haeranah. 2006.
Pengaruh Motivasi dan Kebiasaan
Belajar terhadap hasil Belajar Matematika Siswa SMP NEGERI 33 Makassar. Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar : Universitas Negeri Makassar..
Hardy. 2005. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Motivasi
Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II SMA Negeri 2 Makassar. Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar : Universitas Negeri Makassar..
Hudoyo, H. 1990. Strategi Mengajar Belajar
Matematika. Malang: IKIP Malang.
Poerwadarminta,
W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
Riyanto,
Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran
Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif
dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slameto.
2010. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono,
Prof. Dr. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Sardiman, A. M.
2011. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar.
Jakarta: CV. Rajawali Press.
Thabrany, H. 1993. Rahasia
Sukses Belajar. Jakarta : Grafindo
Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar