DRAFT SKRIPSI
Nama : Hijriah B
Nim : 2040 2106 019
Jur/Fak : Pendidikan Matematika/Tarbiyah Dan Keguruan
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui
Metode Extended Horizons Siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng
A. Latar Belakang Masalah
Hasil penelitian The Third Internasional Mathematic
and Science Study Repeat (TIMSSR) pada tahun 1999 menyebutkan bahwa di antara
38 negara, prestasi siswa SMP Indonesia berada pada urutan 34 untuk matematika.
Sementara hasil nilai matematika pada ujian Nasional, pada semua tingkat dan
jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah. Keadaan ini sangat
ironis dengan kedudukan dan peran matematika merupakan induk ilmu pengetahuan
dan ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan.[1]
Berdasarkan UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.[2] Kurikulum ini
memberlakukan standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar isi,
proses dan kompetensi lulusan. [3]
Setiap individu mempunyai
pandangan yang berbeda tentang pelajaran matematika. Bagi yang menganggap matematika menyenangkan maka akan tumbuh
motivasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat menantang dalam pelajaran
matematika. Sebaliknya, bagi yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang
sulit, maka individu tersebut akan bersikap pesimis dalam menyelesaikan masalah
matematika dan kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Sikap-sikap tersebut
tentunya akan mempengaruhi hasil yang akan mereka capai dalam belajar.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi,
kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat,
keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya.[4] Dalam
penelitian ini, peneliti memfokuskan tentang kaitan beberapa faktor internal
pada diri siswa dengan hasil yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor internal
tersebut diantaranya adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan siswa dan faktor
non intelektif yaitu motivasi berprestasi dan kebiasaan belajar siswa. Faktor non intelektif diantaranya adalah
motivasi dan kebiasaan.
Motivasi berprestasi
adalah rangkaian dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan keinginan
yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi yang baik. Motivasi merupakan
faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi yang
diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu
yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik
ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang harus
dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan
berprestasi, serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya
ke arah yang lebih baik.
Penelitian ini akan diadakan di
sekolah SMP Negeri 2 Bissappu yang terletak di Kabupaten Bantaeng, Sekolah ini
berada di pinggiran kota Kabupaten Bantaeng, dimana sekolah ini berada dekat
dari pengunungan. Sekolah SMP
Negeri 2 Bissappu yang berdiri pada tahun 1981 yang semula
bernama SMP Negeri 3 Bantaeng dan
berubah nama menjadi SMP
Negeri 2 Bissappu sampai sekarang. SMP Negeri 2 Bissappu sudah dijabat sebanyak 8 kepada sekolah
diantaranya adalah Drs. Abdul
Rahman, H.
Abdul Hakim,
Karel Estefanus, Abdul
Majid, Drs. Abdul
Basith, Pasega
Pawallang, Drs. M. Bakhtiar
dan sekarang Drs. H. Muh Yusuf.
Di mana tingkat kelulusan siswa SMP Negeri 2 Bissappu pada tahun 2005 sebesar 100%, tahun 2006 tingkat
kelulusan sebesar 26,27% dimana prestasi yang diperoleh sangat
menurun, kemudian tahun 2007 tingkat kelulusan sebesar 61,38% dan 2008 tingkat
kelulusan sebesar 94,77%. prestasi yang diperoleh mengalami peningkatan. Terlihat bahwa ada beberapa mata pelajaran yang menjadi
penyebab tidak lulusnya siswa tersebut. Diantaranya adalah mata pelajaran
matematika yang termasuk paling besar persentase ketidaklulusan siswa dan mata
pelajaran bahasa inggris.
Hal
ini juga terlihat dalam hal pengerjaan
tugas, jika tidak ada konsekuensi tugas harus dikumpul maka hanya sebagian
kecil saja siswa yang mengerjakan tugas tersebut. Keadaan tersebut menjadi
kebiasaan yang kurang baik pada diri siswa dalam belajar. Pada kegiatan proses
belajar mengajar motivasi siswa cenderung meningkat apabila mereka diminta
mengerjakan tugas yang mereka bisa, namun akan terjadi hal sebaliknya bila
tugas yang diberikan terasa sulit. Adapun respon siswa dalam kegiatan belajar
mengajar tergantung dengan metode yang digunakan oleh guru.
Dari
fakta yang tejadi di atas, terlihat
bahwa mata pelajaran matematika mencapai nilai rata-rata paling rendah diantara
mata pelajaran lainnya. Karena menurut hasil wawancara dengan kepala
sekolah dan salah satu guru matematika
di SMP Negeri 2 Bissappu dan ditunjang dengan pengamatan sendiri bahwa metode
yang digunakan pada umumnya adalah
metode ceramah. Sehingga siswa merasa tidak senang dan tidak puas untuk mencapai
keberhasilan belajar dalam
meningkatkan pengetahuan yang dimiliki
dan pada akhirnya berakibat pada nilai hasil belajarnya.
Hal ini sejalan dengan teori Thorndike bahwa ”belajar akan berhasil bila respon
siswa terhadap stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan”.[5]
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Bissappu karena peneliti merasa tempat ini perlu diadakan suatu
penelitian untuk mengetahui berapa persen hubungan antara motivasi berprestasi dan
kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu. Selain itu SMP
Negeri 2 Bissappu
merupakan tempat yang dipandang perlu diadakan sedikit pembenahan, sehingga dengan adanya penelitian ini
peneliti berharap SMP Negeri 2 Bissappu dapat menjadi sekolah yang mampu bersaing secara sehat dan
terdepan di Kabupaten Bantaeng. Alasan peneliti
mengambil model tersebut karena model ini adalah suatu model pembelajaran yang
menyentuh langsung mental peserta didik, dengan tujuan bagaimana melahirkan
siswa yang cekatan dalam melihat permasalahan, kecepatan menjawab soal,
kecepatan menganalisa setiap masalah yang ada, kemudian tingkat berpikir siswa
itu bisa meningkat. Jadi dengan adanya model yang nanti akan diterapkan
peneliti, mudah-mudahan bisa mengikis segala kebiasaan-kebiasaan yang tidak
sesuai apa yang diharapkan dalam melahirkan output.
Kebiasaan
belajar banyak diartikan sebagai bentuk belajar atau tipe belajar atau cara
belajar siswa yang telah dilakukan secara rutin dan berulang-ulang yang
bersifat teratur dan seragam serta tetap dengan sendirinya. Esensi istilah
tersebut adalah suatu perbuatan belajar, yaitu tingkah laku individu-individu
pada proses belajar. Kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang telah
dikuasai yang bersifat tahan uji atau pola belajar yang ada pada diri siswa
yang bersifat teratur dan otomatis. Kebiasaan biasanya terjadi tanpa disertai
kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu.[6] Kebiasaan belajar yang baik akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak
baik cenderung menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi rendah. Prestasi
belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengalami
proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam hasil tes.
Pada hakikatnya belajar
matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan
hubungan-hubungan serta simbol-simbol kemudian diterapkannya pada situasi
nyata. Schoenfeld mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa
dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan dan keterkaitannya dengan fenomena
fisik dan sosial.[7]
Fenomena yang ada sekarang
ini adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika sangat
kurang. Selain itu, faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah penggunaan
motode pembelajaran dalam pelajaran matematika, sehingga pada tulisan ini,
penulis menawarkan solusi yang tepat dalam hal ini yaitu penggunaan metode
Extended Horizons dalam pembelajaran matematika.
Ada beberapa cara yang
dilakukan yaitu:
1. Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa sesuai
dengan standar kurikulum
2. Menerapkan penilaian kelas yang memotivasi siswa untuk
aktif dalam pembelajaran
3. Dengan membuat variasi tugas dalam serangakain materi
yang telah diajarkan
4. Dengan memastikan bahwa tugas ektensi cukup berbeda
dalam gaya dari tugas sebelumnya.[8]
Dengan metode Extended
Horizons, ini merupakan strategi yang jauh lebih positif yang mulai memasukkan
perbedaan bukan hanya keragaman. Metode ini cukup memotivasi siswa dalam
pembelajaran matematika dan penting bagi
guru untuk menyesuaikan dengan suasana. Mendukung siswa untuk mendorong diri
mereka sendiri dan mencapai belajar dalam level yang lebih tinggi.
Dikarenakan matematika sebagai
suatu ilmu yang tersusun menurut struktur, maka sajian matematika hendaknya
dilakukan dengan cara yang sistematis, teratur dan logis sesuai perkembangan
intelektual anak, itulah sebabnya sajian matematika yang diberikan kepada siswa
berbeda-beda sesuai jenjang pendidikan dan perkembangan intelektualnya. Lalu,
bagaimana dengan prestasi belajar siswa pada pengajaran matematika? Bagaimana
menyajikan matematika agar siswa lebih termotivasi dalam belajar matematika?
Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk meneliti penggunaan metode Extended
Horizons dan memotivasi siswa dalam belajar matematika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana hasil
belajar matematika sebelum diterapkan metode Extended Horizons pada siswa SMP
Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng?
2.
Bagaimana hasil
belajar matematika setelah diterapkan metode Extended Horizons pada siswa SMP
Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng?
3.
Apakah dengan
penerapan metode Extended Horizons dapat meningkatkan hasil belajar matematika
pada siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng?
C. Hipotesis
Tindakan
Adapun hipotesis yang diajukan
penulis berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusana masalah di atas
adalah: Terdapat peningkatan hasil belajar melalui metode Extended Horizons siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng.
D. Definisi Operasional Variabel
Untuk mendapatkan gambaran dan
memudahkan pemahaman serta memberikan persepsi yang sama antara penulis dan
pembaca terhadap judul serta memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka
penulis terlebih dahulu mengemukakan
pengertian yang sesuai dengan variabel dalam judul skripsi ini, sehingga tidak
menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya.
Adapun variabel yang akan
dijelaskan yaitu:
1. Hasil belajar matematika
Hasil belajar matematika yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang menunjukkan tingkat penguasaan
dan pemahaman siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng dalam pembelajaran
matematika setelah mengikuti proses belajar mengajar.
2. Metode Extended
Horizons
Metode
adalah cara-cara atau tekhnik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi
ajar. Dalam desain pembelajaran, langkah ini sangat penting karena metode
inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. Pada konsep sederhana
ini, metode adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana.[9]
Extended
Horizons adalah strategi yang jauh lebih positif yang dalam pemberian tugas
secara ekstensi yang berbeda. Metode Extended
Horizons adalah metode dengan sistem pemberian tugas secara ekstensi yang
berbeda dalam meningkatkan tujuan hasil pembelajaran yang lebih luas, dimana
siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas yang diberikan dan memberikan
perasaan puas.
Berdasarkan dari penjelasan
diatas, maka yang dimaksud dengan metode Extended
Horizons adalah metode pembelajaran yang menganjurkan pemberian tugas secara ekstensi
yang berbeda dalam meningkatkan tujuan hasil pembelajaran yang lebih luas.
Jadi berdasarkan dari
penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan peningkatan hasil belajar
matematika melalui metode Extended
Horizons adalah metode yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa terhadap mata pelajaran matematika SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten
Bantaeng.
E. Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran
hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng sebelum
diterapkan Metode Extended Horizons.
2. Untuk mengetahui gambaran
hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng setelah
diterapkan Metoded Extended Horizons.
3. Untuk mengetahui apakah penerapan
Metode Extended Horizons dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten
Bantaeng.
Sedangkan kegunaan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, hasil penelitian
ini dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa karena bukan hanya hasil
ulangan yang dinilai tapi setiap aspek yang dapat mempegaruhi hasil belajar.
2. Bagi guru khususnya guru
matematika, hasil penelitian ini dapat mengetahui titik kelemahan yang
menyebabkan hasil belajar siswa berkurang sehingga dapat mengambil pembelajaran
yang tepat.
3. Bagi
sekolah, penelitian ini sebagai bahan masukan dalam rangka perbaikan
pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya hasil belajar mengajar dan
dapat melahirkan generasi muda yang berkualitas.
F. Tinjauan Pustaka
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Beberapa
pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:
a. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah.
b. Travers
Belajar adalah proses
menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience.
(Belajar adalah perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman).
d. Geoch
Learning Is change in performance as a result of practice. (Belajar
adalah perubahan performance sebbagai
hasil latihan).
e. Harold Spears
Learning is to observe, to
read, to imitate to try something themselves, to listen, to follow direction.
(Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar dan mengikuti arahan tertentu).
f. Morgan
Learning is any relatively
permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar
adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman).[10]
Menurut
Hilgart dan Bower, dalam bukunya Theories
of Learning mengemukakan.
Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau
kasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).[11]
Menurut Morgan,
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.[12]
Nasution mengemukakan:
Pengertian Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi
berkat pengalaman dan latihan.[13]
Hal itu juga diungkapkan oleh Surjana bahwa:
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang.
Perubahan
sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan dan kemampuannya serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada
individu yang belajar.[14]
Pengertian
belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap
sebagaihasil dari pengamatan.[15]
Dari
berbagai pengertian diatas tentang belajar, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dari tidak mengerti menjadi
mengerti akan sesuatu hal, sehingga akan berakibat pada pribadi anak tersebut.
2. Prinsip- prinsip belajar
Setelah kita
memahami pengertian tentang belajar, maka ada beberapa prinsip-prinsip belajar
yang muncul antara lain sebagai berikut:
Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan Perilaku sebagai hasil belajar memiliki cirri-ciri:
a.
Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu
perubahan yang disadari.
b.
Kontinu dan berkesinambungan dengan perilaku
lainnya.
c.
Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
d.
Positif atau berakumulasi.
e.
Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
f.
Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh
Wittig, belajar sebagai any relatively
permanent change in an organism’s behavioral reperiore that occursas a result
of experience.
g.
Bertujuan dan terarah.
h. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.[16]
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis,
konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai
komponen belajar.[17]
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah
hasil dari interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya.[18]
Dari prinsip-prinsip belajar diatas, maka ada tiga hal yang perlu
diperhatikan antara lain: belajar adalah perubahan perilaku, belajar adalah
suatu proses, dan belajar adalah bentuk
pengalaman.
3. Tujuan
Belajar
Tujuan dari belajar sebenarnya sangat banyak danm bervariasi. Tujuan
belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional,
lazim dinamakan Instrucsional effects,
yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar
sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa,
kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap
terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya.[19]
4.
Faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar
Ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain
sebagai berikut:
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri
yang kita sebut faktor individual, dan
b. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut
faktor social. Yang termasuk kedalam
faktor individual antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan,
latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor social antara lain faktor keluarga/keadaan
rumah tangga, guru dan cara mengajarkannya, alat-alat yang diperlukan dalam
belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.[20]
5. Metode-metode
dalam belajar
Ada berbagai metode-metode belajar, yaitu:
a.
Peta pikiran
Burzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah
sesuai dengan cara kerja otak seperti di atas berupa pikiran. Yang produknya
berupa peta konsep. Dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat
catatan kreatif yang merupakan peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang
dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang terlewatkan dan kaitan
fungsionalnya jelas, kemudian dinarasikan dengan gaya bahasa masing-masing.
Dengan demikian konsep mendapat retensi yang kuat dalam pikiran, mudah diingat
dan dikembangkan pada konsep lainnya. Belajar dengan menghafalkan kalimat
lengkap tidak akan efektif, disamping bahasa yang digunakan menggunakan gaya
bahasa penulis. Mengingat hal itu, sejian guru dalam pembelajaran harus pula
dikondisikan berupa sajian peta konsep, guru membumbuinya dengan narasi yang
kreatif. Kemampuan otak manusia dapat memproses informasi berupa bahasa
sebanyak 600-800 kata permenit. Dengan kemampuan otak seperti itu dibandingkan
dengan kemampuan komputer sangat tinggi. Jika benar-benar dimanfaatkan secara
optimal, setiap kesempatan dapat dimanfaatkan untuk dimanfaatkan untuk
pembelajaran diri dalam segala hal. Hanya saying banyak orang yang
mengabaikannya atau digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat untuk
peningkatan kualitas diri, misalnya berangan-angan, menonton, mengobrol atau
bercanda tanpa makna.
b.
Kecerdasan Ganda
Goldman mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan,
terbagi dua menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan
emosional pada otak kanan. Kecerdasan intelektual mengalir bergerak (flow)
antara kebosanan bila tuntutan pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan
banyak. Bila terjadi kebosanan otak akan mengisinya dengan aktivitas lain, jika
positif akan mengembangkan penalaran akan tetapi jika diisi dengan aktivitas
negatif, missal kenakalan atau lamunan, inilah yang disebut dengan sia-sia atau
mubadzir. Ary Ginanjar dan Jalaluddin Rahmat mengemukakan kecerdasan ketiga,
yaitu kecerdasan spiritual (nurani-keyakinan) atau kecerdasan fitrah yang
berkenaan ini, ada doa sebagai
permintaan dan harapan, dan ibadah lainnya. Bukankah ketentraman individu
karena keyakinan beragama ini.
c.
Metakognitif
Secara harfiah, metakognitif bisa diterjemahkan secara bebas sebagai
kesadaran berfikir, berfikir tentang apa yang difikirkan dan bagaimana proses
berfikirnya yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terfikir
serta berfikir dampak sebagai akibat dari buah fikiran terdahulu.
d.
Komunikasi
Siswa dapat belajar tidak akan lepas dari komunikasi antar siswa, siswa
dengan fasilitas belajar, ataupun dengan guru. Kemampuan komunikasi setiap
individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan
membentuk kepribadiannya, ada individu yang memiliki pribadi positif dan ada
pula yang berkepribadian negatif.
e.
Kebermaknaan Belajar
Dalam belajar apapun, belajar efektif (sesuai tujuan) semestinya
bermakna. Agar bermakna, belajar tidak cukup dengan hanya mendengar dan melihat
tetapi harus dengan melakukan aktivitas (membaca, bertanya, menjawab,
berkomentar, mengerjakan, mengkomunikasikan, presentasi, diskusi).
f.
Konstuksivisme
Hal yang disebut dengan konstruksivisme dalam pembelajaran dan
memang pembelajaran pada hakikatnya
adalah konstruksivisme, karena pembelajaran adalah aktivitas siswa yang
sifatnya proaktif dan reaktif dalam membangun pengetahuan. Agar konstrusivisme
dapat terlaksana secara optimal, Confrey menyarankan konstruksivisme secara
utuh (powerfull constructivism), yaitu: konsistensi internal, keterpaduan,
kekonvergenan, refleksi-eksplanasi, kontinuitas historical, simbolis,
koherensi, tindak lanjut, justifikasi dan sintaks (SOP).
g.
Prinsip Belajar Aktif
Ada dua jenis belajar, yaitu belajar secara aktip dan secara reaktif
(pasif). Belajar secara aktif indikatornya adalah belajar pada setiap situasi,
menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat, berupaya terlaksana dan
partisipatif dalam setiap kegiatan. Sedangkan belajar reaktif indikatornya
adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan belajar, mengabaikan kesempatan,
membiarkan segalanya terjadi, menghindar dari kegiatan.[21]
Dari penjelasan diatas, indikator belajar aktif, sesuai dengan
pengertian kegiatan pembelajaran, maka prinsip belajar yang harus diterapkan
adalah siswa harus sebagai subjek, belajar dengan melakukan-mengkomunikasikan
sehingga kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti kemampuan
sosialisasi, empati dan pengendalian diri. Hal ini bisa terlatih melalui kerja
individual-kelompok, diskusi, presentasi, tanyajawab, sehingga terpupuk rasa
tanggung jawab dan disiplin diri.
B. Hasil Belajar Matematika
1. Pengertian hasil belajar matematika
Kata hasil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu
yang diadakan oleh usaha.[22]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki
arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.[23]
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang siswa yang telah
mengikuti proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang
diperoleh dari suatu aktivitas.
Menurut Kimble dan Garmezy, hasil belajar dapat diidentifikasikan dari
adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulng-ulang dengan
hasil yang sama.[24]
Menurut Abdurrahman, hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh
oleh intelegensi dan penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajarinya.[25]
Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana
dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotoris.[26]
Indikator ketiga ranah tersebut adalah:
a. Ranah Kognitif
1. Pengetahuan
menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali
informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa
yang telah mereka peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud di sini adalah
symbol-symbol matematika, terminology, peristilahan, fakta-fakta, keterampilan
dan prinsip-prinsip.
2. Pemahaman.
Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila
mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu
menghubungkannya dengan ide-ide lain dan segala implikasinya.
3. Penerapan
adalah kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstasikan
pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui
penggunaannya secara tepat ketika mereka diminta untuk itu. Untuk menunjukkan
kemampuan tersebut, seorang siswa harus dapat memilih dan menggunakan apa yang
mereka telah miliki secara tepat sesuai dengan situasi yang ada dihadapannya.
4. Analisis
adalah kemampuan untuk memilah sebuah struktur informasi kedalam
komponen-komponen sedemikian hingga hierarki dan keterkaitan antar idea dalam
informasi tersebut menjadi tampak dan jelas. Analisis berkaitan dengan
pemilahan materi ke dalam bagian-bagian,menemukan hubungan antar bagian dan
mengamati pengorganisasian bagian-bagian.
5. Sintesis.
Dalam matematika, sintesis melibatkan pengkombinasian dan pengorganisasian
konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika untuk mengkreasikannya menjadi
struktur matematika yang lain dan berbeda dari yang sebelumnya.
6. Evaluasi
adalah kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan sebuah ide, kreasi, cara
atau metode.[27]
b. Ranah afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin , motivasi
belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan
sosial.
c. Ranah psikomotoris. Tipe
hasil belajar ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima
pengalaman belajar tertentu.[28] Hasil
belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru
tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku.
Pendapat
lain mengemukakan tentang pengertian hasil belajar yaitu sesuatu yang diperoleh
dari usaha melalui kegiatan atau belajar yang dilakukan, baik belajar di rumah,
sekolah maupun lingkungan masyarakat.[29] Hasil
belajar dapat dilihat dari nilai rapor yang diperoleh setiap semester atau
setiap tahun sedangkan hasil belajar secara keseluruhan dapat diketahui melalui
perubahan perilaku.
Berdasarkan
pengertian hasil belajar yang telah ditetapkan di atas, maka dapat dipahami
mengenai makna hasil dan belajar. Apabila kedua kata tersebut dipadukan, maka
dinyatakan bahwa hasil belajar adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh
tujuan pengajaran yang telah dicapai oleh siswa dengan pengalamannya yang telah
diberikan atau disiapkan oleh sekolah melalui proses belajar mengajar.
Setelah
terjadi proses belajar mengajar, maka diharapkan terjadi suatu perubahan dari
pembelajaran, baik perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Perubahan
tidak langsung inilah yan disebut hasil belajar. Jadi hasil belajar merupakan
muara kegiatan belajar dan merupakan cerminan dari tingkat penguasaan dan
keterampilan pelajar.[30]
Demikian
pula jika dikaitkan dengan belajar matematika maka hasil belajar matematik
merupakan kemampuan yang dicapai siswa dalam memahami dan menerapkan
konsep-konsep matematika setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika.
Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam belajar matematika digunakan
tes sebagai alat ukurnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar
Ada banyak hal yang menentukan dan mempengaruhi tinggi rendahnya hasil
belajar siswa yaitu:
a.
Keadaan fisik dan psikis siswa yang ditunjukkan
oleh IQ(kecerdasan intelektual), EQ(kecerdasan emosi), kesehatan, motivasi,
ketekunan, ketelitian, keuletan, dan minat.
b.
Guru yang mengajar dan yang membimbing siswa
seperti latar belakang penguasan ilmu, kemampuan mengajar, perlakuan guru
terhadap siswa.
c.
Sarana pendidikan yaitu ruang tempat belajar,
alat-alat belajar, media yang digun akan guru dan buku sumber belajar.[31]
C. Metode Extended Horizons
1. Pengertian Metode Extended Horizons
Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang
sebaiknya dirancang agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah
cara-cara atau tekhnik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam
desain pembelajaran, langkah ini sangat penting karena metode inilah yang
menentukan situasi belajar yang sesungguhnya. Pada konsep sederhana ini, metode
adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana.[32]
Extended Horizons adalah metode
dengan sistem pemberian tugas secara ekstensi yang berbeda dalam meningkatkan
tujuan hasil pembelajaran yang lebih luas, dimana siswa termotivasi untuk
mengerjakan tugas yang diberikan dan memberikan perasaan puas. Sintaksnya
adalah: tugas yang diberikan sudah dirancang sehingga siswa dapat diharapkan
mengerjakannya. Untuk siswa yang lebih cepat menyelesaikannya akan diberikan
tugas yang lebih sulit dan menantang, dan seterusnya.[33]
G. Metodologi Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah tindakan kelas
(classroom action research) dengan tahapan pelaksanaan meliputi:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi yang
berulang.
b. Subjek Penelitian
penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bissappu dengan subjek
penelitian siswa kelas VIIIB semester II (genap) tahun pelajaran
2009/2010 dengan jumlah siswa 37 orang.
c. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2009/2010 yang terbagi atas dua siklus, dimana siklus I dan siklus II
merupakan rangkaian yang saling berkaitan. Dalam arti pelaksanaan tindakan
siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan tindakan siklus
I. Secara rinci pelaksanaan tindakan kelas sebagai berikut:
Siklus I
1. Perencanaan tindakan I
a. Menelaah kurikulum materi pelajaran matematika
untuk kelas VIIIB.
b. Membuat skenario pembalajaran di kelas dalam hal
ini pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang
akan diajarkan.
c. Membuat alat bantu atau media pengajaran bila
diperlukan.
2. Pelaksanaan tindakan II
a. Sebelum masuk kelas terlebih dahulu melakukan
pengamatan terhadap lingkungan sekolah dan siswa kelas VIIIB SMP
Negeri 2 Bissappu, merincikan kebutuhan yang harus terpenuhi untuk menunjang
tercapainya tujuan pembelajaran.
b. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
c. Melakukan pengelompokkan siswa disesuaikan dengan
banyaknya siswa.
d. Melakukan pengajaran sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.
3. Observasi
Pada tahapan
ini di laksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan atau selama proses
pembelajaran.
4. Tes
Memberikan
tes pada pertemuan terakhir untuk menguji sejauh mana pemahaman siswa terhadap
materi yang telah diajarkan.
5. Refleksi
Hasil yang
didapatkan dalam hasil tes dikumpulkan serta dianalisa. Hasil analisa data yang
didapatkan pada siklus I dipergunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus
berikutnya.
Siklus II
Langkah-langkah
yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan perencanaan, pelaksanaan
tindakan I, observasi, tes, refleksi pada siklus I dengan mengadakan perbaikan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I apakah yang dilakukan telah
meningkatkan hasil belajar siswa atau tidak.
d. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yan sangat penting dalam
penelitian karena berfungsi sebagai alat atau sarana pengumpulan data. Dengan
demikian, instrument harus relevan dengan masalah dan aspek yang akan diteliti
agar supaya memperoleh data yang akurat.
Dari penjelasan tersebut, maka instrument yang berfungsi mengumpulkan
data atau sarana perolehan data dan informasi kelengkapan pambahasan ini yaitu:
1.
Observasi,
pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan
akan hilang. Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan Metode Extended Horizons.
2.
Tes. Pedoman tes berisi serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan siswa setelah proses
pembelajaran.
3.
Angket, Pedoman angket berisi sejumlah
pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden dan dijawab secara
tertulis sesuai petunjuk yang diberikan.
e. Teknik
pengumpulan data
Adapun teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Pengumpulan
data kuantitatif, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari hasil tes
formatif.
2.
Pengumpulan
data kualitatif, yaitu pengumpulan data dengan mengunakan pedoman observasi.
Data ini dikumpulkan mulai dari pelaksanaan pembelajaran, hingga tes formatif
diberikan.
f. Teknik analisis
data
Teknik analisis data
yang digunakan peneliti dalam mengolah data adalah:
1.
Analisis deskriptif kualitatif, yaitu
teknik analisis dan interpretasi data dalam bentuk pendapat ataupun dari
pengamatan dan wawancara.
2.
Analisis deskriptif kuantitatif, yaitu
teknik analisis data yang mempersentasikan hasil penelitian untuk membuktikan
kebenaran secara keseluruhan dengan rumus :
Membuat tabel
distribusi frekuensi:
a.
Persentase
Dimana:
P = Angka persentase
= Frekuensi
yang sedang dicari persentasenya
b. Menghitung Rata-rata
(mean)
Dimana:
= Rata-rata
= Frekuensi
= Titik tengah[35]
Pedoman yang akan digunakan untuk mengubah skor
mentah yang diperoleh siswa menjadi skor standar (nilai) untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa mengikuti prosedur yang telah ditetapkan Depdikbud
(2003) yaitu:
Tabel
1. Tingkat Penguasaan Materi
Tingkat
penguasaan materi (%)
|
Kategori hasil
belajar
|
0-34
35-54
55-64
65-84
84-100
|
Sangat
rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
tinggi[36]
|
3.
Indikator Keberhasilan (Ketuntasan hasil belajar)
Ukuran dari indikator peningkatan hasil belajar matematika siswa adalah
hasil tes siswa sudah menunjukkan peningkatan ketuntasan belajar. Menurut
ketentuan Depdikbud bahwa siswa dikatakan tuntas belajar jika memperoleh skor
minimal 65% dari skor ideal, dan tuntas secara klasikal apabila minimal 85%
dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar.
Sedangkan analisis kualitatif dilaksanakan sesuai dengan kecenderungan yang
terjadi pada setiap siklus dengan menggunakan penelitian secara verval
(aktivitas yang diamati).
KOMPOSISI BAB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Definisi Operasional Variabel
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
E. Garis Besar Isi Skripsi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar
B. Hasil Belajar Matematika
C. Metode
Extended Horizons
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Prosedur Penelitian
D. Instrumen Penelitian
E. Tekhnik Pengumpulan Data
F. Tekhnik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2
Bissappu Kabupaten Bantaeng sebelum diterapkan Metode Extended Horizons.
B. Hasil belajar matematika siswa SMP Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng
setelah diterapkan Metode Extended
Horizons.
C. Peningkatan hasil belajar matematika siswa SMP
Negeri 2 Bissappu Kabupaten Bantaeng melalui Metode Extended Horizons.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR
PUSTAKA
.
[1]
Sofyan,Hermanto,Makalah Persentasi:Mendeteksi Potensi Siswa,(Jakarta:Depdiknas,2005)
[2]Tim Penyusun,
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Bandung: Citra Umbara, 2003), h.3.
[3] Ibi,h.7
[4] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Cet.X; Bandung: Rosda Karya, 2004), h.132.
[5] Erman Suherman,
dkk. Strategi pembelajaran Matematika Kontemporer (Edisi Revisi,
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 28.
[6]Sri Hardjo dan Badjuri, Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Cara Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Semarang, (Semarang:
UPBJJ UT. 2006). http://www. Scribd.co.id /index.html (13 Juli 2009).
[7]
Hamsah,B.Uno.Model
Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif.(Jakarta,Bumi Aksara,2008).hlm.130
[8] Paul Ginnis,Trik dan Taktik Mengajar,(Jakarta:PT
Macananan,Jaya Cemerlang,2008)
[9] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran (cet. 2; Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), h. 18.
[11] Purwanto,Psikologi Pendidikan (Cet.II;Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya,1996),h.84
[12] Ibid.
[13] Nasution,Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar
Mengajar.(Cet.II;Jakarta:Bina Aksara,1985),h.52
[14] Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar.(Cet.III;Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,1991),h.17.
[15] Erman
Suherman,dkk;op.cit,.h.7.
[16] Agus
Suprijono,op.cit.,h.4
[17] Ibid.
[18] Agus Suprijono. loc.cit
[19] Agus Suprijono. loc.cit ,h.5.
[20] Purwanto,op.cit.,h.102
[21] Erman Suherman,Model Belajar dan Pembelajaran Beriorentasi
Kompetensi Siswa Peta Konsep Anak,http://pkab.wordpress.com/category/contoh/pembelajaran.(24
Oktober 2009).
[22]Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta:Balai Pustaka,1994),h.343
[23] Ibid.,h.30.
[24] Nasution,Proses
Belajar(Jakarta:Bumi Aksara,2004),h.30
[25] Ibid.,h.30
[26] Nana
Sudjana,op.cit.,h.22
[27] Erman
Suherman,dkk.,op.cit.,h.225.
[28] Ibid.h.31.
[29] Tabrani Rusyan.Kunci Sukses Belajar(Edisi
I:Bandung:Sinergi Pustaka Indonesia, 2006),h.28.
[30] Muhammad Zainal
Abidin,Efektivitas Penggunaan Maple
Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear siswa
kelas x Madrasah Aliyah Al-Falah Lemahabang Kec.Bone-Bone Kab.Luwu Utara(Skripsi,Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Alauddin,2007),h.18.
[31]Suharsimin
Arikunto,Cepi Safruddin Abdul Jafar, Evaluasi
Program Pendidikan:Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan(Cet.2,Jakarta:PT.Bumi
Aksara,2007)h.6
[32] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran (cet. 2; Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008), h. 18.
[33] Paul Ginnis,Trik dan Taktik Mengajar(Jakarta:PT.
Macanan Jaya Cemerlang)
[34] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Cet. XIV; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 43.
[35]Muhammad Arif Tiro, Dasar-Dasar Statistik (Cet. II:
Makassar: State University of Makassar Press, 2000), h. 133.
[36]Depdiknas,
Pedoman Umum Sistem Pengujian Hasil Kegiatan Minat Belajar, http://www.google.com.2009 (02 Februari 2009)
maaaaf....
BalasHapussaya mau tanya..
kalo buku tentang model extended horisons ini buku apa ya....
saya sudah cari tapi ga ketemu.....
dari: lia lubis