WELCOME TO DHARUS BLOG

Rabu, 07 Desember 2011

Efektivitas Pembelajaran Matematika melalui model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT ) pada siswa Kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar (UNISMUH MAKASSAR)


                                                             BAB I                      
PENDAHULUAN   

A.      Latar Belakang
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju dewasa ini, perkembangan teknologi pendidikan sangat pesat. Berbagai perangkat pendidikan yang modern turut mendukung proses belajar mengajar, baik di sekolah maupun di rumah sebagai awal pendidikan anak sejak dini. Anak sebagai subjek pendidikan di sekolah maupun di rumah diarahkan menjadi manusia yang berilmu pengetahuan dan menguasai teknologi. Untuk itulah anak dibekali dengan berbagai disiplin ilmu untuk melengkapi kecakapan hidupnya.
            Dalam pelaksanaan kurikulum sekarang ini, salah satu pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran langsung yang hanya berorientasi pada penguasaan materi dan cenderung terpusat pada guru, dimana siswa diibaratkan sebagai botol-botol kosong yang akan diisi beragam informasi. Pengetahuan dianggap sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihapal, dan ditransfer kebenak siswa. Pembelajaran langsung ini terbukti telah berhasil dalam kompetisi jangka pendek, dan gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Sehingga pada umumnya anak dalam proses belajar mengajar tidak mampu mengingat materi yang telah diajarkan oleh guru atau yang telah dipelajarinya dalam waktu yang cukup lama. Hal ini bukan sebuah indikasi bahwa anak mempunyai kemampuan daya ingat lemah, tetapi hal ini lebih disebabkan oleh kurangnya inovasi dan kreativitas pendidik atau orang tua dalam mendidik anak. Seharusnya guru dan orang tua dapat lebih kreatif dan inovatif dalam penyajian materi.
Terdapat kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan kembali belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengenal apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya begitu saja. Namun kenyataannya, penyelenggaraan pendidikan di sekolah sering dihadapakan dengan berbagai masalah, salah satunya adalah masih rendahnya daya serap siswa memahami materi mata pelajaran tertentu misalnya matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa yang masih sangat rendah.
Berdasarkan hasil observasi di sekolah SMK Handayani Makassar kelas XI TKJ pada tanggal 26 September 2011 bahwa proses pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan model pembelajaran yang monoton,dimana guru sebagai satu – satunya sumber informasi bagi siswa. Akibatnya hasil belajar siswa masih sangat rendah dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran juga sangat kurang. Selain itu peneliti memperoleh informasi dari guru bidang studi matematika yaitu Bapak Theofilus S.T,  bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika di sekolah tesebut adalah 65,00, sedangkan ketuntasan hasil belajar matematika siswa baik perorangan maupun klasikal masih rendah khusunya pada kelas XI TKJ. Siswa yang berhasil memperoleh ketuntasan belajar baru sekitar 55%  dari jumlah siswa padahal ketuntasan belajar yang seharusnya minimal 85% dari total keseluruhan siswa.
Padahal matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam setiap jenjang pendidikan. Matematika juga memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan bahkan matematika tidak pernah lepas dari aktifitas kehidupan manusia. Rendahnya hasil belajar  matematika siswa dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional.  Pada dasarnya guru lebih banyak menggunakan model pembelajaran ini karena dianggap lebih praktis, guru hanya cukup menjelaskan materi pelajaran yang sudah ada pada buku refrensi sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Demikian pula yang terjadi di SMK Handayani Makassar.
Maka sangatlah penting bagi para guru memahami model-model pembelajaran modern. Dengan demikian, proses pembelajaran akan lebih variatif dan inovatif sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diberikan suatu strategi ataupun model pembelajaran agar siswa mendapat suatu kemudahan dan merasa senang belajar matematika. Dan salah satu model pembelajaran yang dapat dipertimbangkan adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif  memiliki beberapa variasi dan salah satunya adalah Numbered Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)  dianggap sebagai alternatif pemecahan masalah dalam penelitian ini. Pembelajaran ini telah digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dan paling cocok digunakan dalam mata pelajaran seperti perhitungan dan penerapan berciri matematika, serta fakta-fakta seperti konsep IPA.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dianggap sebagai alternatif pemecahan masalah dalam penelitian ini. Dengan menggunakan model pembelajaran ini setiap siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran matematika yang dibentuk secara kelompok diajarkan untuk lebih bertanggung jawab, saling mengisi, saling melengkapi, dan bekerja sama dalam nenyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Sehingga tujuan belajar dapat tercapai dan hasil belajar dapat meningkat. Model pembelajaran tipe Numbered Head Together ( NHT ) diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang diberikan oleh guru, sehingga tujuan belajar tercapai dan hasil belajar meningkat.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitiaan dengan mengangkat judul:
“Efektivitas Pembelajaran Matematika melalui model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT ) pada siswa Kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar ”.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar dengan menggunakan  model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)?
2.        Seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar dengan menggunakan pembelajaran langsung?
3.        Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan  pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) lebih efektif daripada hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran lamgsung pada siswa kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar?
C.      Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Secara terperinci tujuan tersebut adalah :
1.        Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar yang diajar dengan menggunakan  pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
2.        Untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar yang diajar dengan menggunakan pembelajaran langsung.
3.      Untuk mengetahui Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan  pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) lebih efektif daripada hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran langsung pada siswa kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar
D.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi siswa: Dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa,  meningkatkan motivasi, rasa percaya diri dan daya tarik siswa terhadap pelajaran  matematika, memperoleh cara belajar matematika yang menarik, dan menyenangkan serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2.      Bagi Peneliti: Diperoleh pemecahan masalah dalam penelitian ini, sehingga akan diperoleh suatu model pembelajaran kooperatif yang tepat dalam pembelajaran matemtika.
3.      Bagi Guru: Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau masukkan tentang model pembelajaran yang efektif, inovatif dan menarik untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
4.      Bagi Sekolah: Memberi konstribusi dalam memperbaiki pembelajaran matematika dan meningkatkan kualitas sekolah.
















BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A.      Kajian Pustaka
1.        Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “efektif berarti: (1) ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), (2) dapat membawa hasil, berhasil guna, sedangkan efektivitas berarti: (1) keadaan berpengaruh; hal berkesan, (2) keberhasilan usaha atau tindakan.
Ekosusilo (Nugraha, 2006:6) mengemukakan bahwa keefektifan merupakan suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang sudah direncanakan dapat tercapai. Semakin  banyak rencana yang dapat dicapai, berarti semakin efektif pula kegiatan tersebut
Efektivitas pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar Sadiman (Trianto, 2009: 20).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas pembelajaran adalah suatu keadaan yang menunjukan sejauh mana hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.
2.        Belajar
7
Para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan tentang pengertian belajar yang berlainan sesuai dengan bidang keahliaan mereka masing-masing.
Slameto (Abdul, 2007: 1) merumuskan belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Cronbach (Riyanto, 2002: 19) menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan pancaindra. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.
Winkel (1996: 53), belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,keterampilan dan nilai-sikap.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan   pengertian belajar adalah adanya perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang menyangkutdalam hal  kongnitif, afektif, dan psikomotor.
3.        Pembelajaran Matematika
Menurut (Agus Suprijono, 2010: 13) Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.
 Muhaimin (Yatim Riyanto, 2010: 131) Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa  mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.
 (Trianto, 2009: 17) Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan upaya atau cara yang dilakukan untuk membantu siswa dalam mengembangkan konsep-konsep matematika melalui proses interaksi antara guru dan siswa secara terarah,efektif dan efisien .
4.        Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill.
Slavin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
Berikut langkah-langkah atau fase-fase model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (Muslimin Ibrahim 2000)
Tabel 2.1 Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif.
FASE
KEGIATAN  GURU
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar,
Fase-2
Menyajikan informasi atau materi pelajaran

Mempersentasikan informasi kepada peserta didik dengan berbagai metode,
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar


Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efesien,
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar


Membantu kelompok-kelompok belajar selam peseerta didik mengerjakan tugasnya,

Fase-5
Evaluasi




Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya,
Fase-6
Memberikan Penghargaan

Mencari cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.
Sumber : Muslimin Ibrahim (2000: 10).




5.      Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe Numbered Heads Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu pendekatan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000:28)
Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari pembelajaran NHT adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Menurut Nur (2005:78) dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu, model pembelajaran NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Dengan adanya keterlibatan total semua siswa ini tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep atau memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru seperti yang telah diungkapkan oleh Ibrahim (2000:7) bahwa dengan pembelajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas penting lainnya serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademisnya
Menurut Ibrahim, (2000: 27-28 ) ada 4 tahapan dalam pembelajaran NHT sebagai berikut:
Langkah 1 :  Penomoran (Numbering)
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 2 :  Mengajukan Pertanyaan (Questioning)
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, “Berapakah jumlah titik sudut pada sebuah kubus?” Atau bentuk arahan, Misalnya “Pastikan setiap orang mengetahui berapa jumlah rusuk pada sebuah kubus”.
Langkah 3 :  Berfikir Bersama (Head Together)
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

Langkah 4 :  Menjawab (Answering)
Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu untuk menjawab pertanyaan yang telah diajaukan oleh Guru, kemudian siswa yang memiliki nomor sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan tersebut untuk seluruh siswa dikelas.
Ketika guru mengajukan pertanyaan, pertama-tama siswa mendiskusikan jawaban merteka dengan teman setimnya. Setelah penjelasan yang singkat “Heads Together”, sebuah nomor dipanggil 1, 2, 3, 4 atau 5. Siswa dengan korespondensi nomor mempunyai kesempatan untuk memunculkan jawaban yang benar. Nomor kedua dipanggil setelah sebuah jawaban benar diberikan dan siswa lain dapat memperoleh sebuah point untuk kelompoknya dengan menambahkan informasi kejawaban benar semula. Jika guru berfikir masih ada informasi penting dikeluarkan, nomor ketiga dapat dipanggil dan seterusnya.
6.        Pembelajaran langsung
Model pembelajaran langsung dikenal dengn istilah active teaching. Ha ini disebabkan karena pada model pembelajaran langsung kegiatan pembelajaran berpusat pada guru dimna guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan secara langsung oleh guru kepada siswa. penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunkan.


Menurut Arends (Trianto, 2009: 41) menyatakn bahwa:
Model pembelajaran langsung adalah salah satu cara pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaiatan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktrur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Menurut Kardi ( Trianto 2009: 43) model pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, peltihan atau praktek, dan kerja kelompok.
Menurut Izzatud (2009) berpendapat bahwa:
Pembelajaran langsung adalah salah satu satu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan  prosedural yang terstruktur dengan baik  yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang berpusat pada guru yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang diajarkan selangkah demi selangkah.
Adapun langkah – langkah model pembelajaran langsung menurut Kardi & Nur (Trianto 2009: 47) meliputi
1.      Menyampaikan tujuan dan menyiapakan siswa
2.      Presentasi dan demonstrasi
3.      Mencapai pemahaman dan penguasaan
4.      Memberikan latihan terbimbing
5.      Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
6.      Memberikan kesempatan latihan mandiri.
B.       Kerangka Pikir  
Sejauh ini pembelajaran matematika masih didominasi oleh pembelajaran langsung. Siswa diposisikan sebagai objek, sementara guru memposisikan diri sebagai satu-satunya sumber informasi bagi siswa dimana semua pengetahuan yang dipelajari oleh siswa berasal dari guru. Siswa yang belum paham kadang-kadang takut atau malu bertanya pada guru, sehingga cukup banyak siswa yang hasil belajarnya masih kurang. Namun jika dalam pembelajaran semua kegiatan difokuskan pada keaktifan siswa, dikhawatirkan justru bisa merumuskan hasil belajar siswa, terutama bagi siswa yang kurang aktif.
Salah satu contoh pembelajaran yang juga merupakan salah satu contoh strategi pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Tohether (NHT). Dalam pembelajaran Numbered Heads Tohether (NHT) ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya tentang matematika sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga akibatnya memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada siswa. Dengan demikian pembelajaran Numbered Heads Tohether (NHT) merupakan pendekatan yang sangat berguna dalam pembelajaran matematika. Dengan pembelajaran NHT selain siswa belajar matematikanya mereka juga mendapatkan pengertian yang lebih bermakna tentang penggunaan matematika tersebut di berbagai bidang.
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pikir
kasus utama :
Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan oleh kurangnya inovasi dan kreatifitas penddidk dalam memdidik siswa
Identifikasi masalah
Pembelajaran
Model pembelajaran langsung
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Hasil Belajar
Ada perbedaan hasil
 






















C.      Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) lebih efektif dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran langsung pada siswa kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar”.
Adapun hipotesis statistik yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata ( Independent Sample T  Test) yaitu:
H0 : µ1 = µ2      versus  H1 : µ1 ≠ µ2
(Tiro, 1999: 234)
Keterangan :
µ1 : Parameter rata-rata hasil pembelajaran langsung.
µ2 : Parameter rata-rata hasil belajar pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Adapun kriteria pengujiannya : 
            H0  diterima jika , dan H0  ditolak untuk keadaan lainnya. Dan H1 diterima jika t hitung <  atau t hitung >  maka. secara statistik signifikan untuk menolak hipotesis H0 atau menerima hipotesis H1. Jika signifikansi atau nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0,05, maka secara statistik signifikan untuk menolak H0 atau menerima H1.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitian 
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Dalam penelitian ini melibatkan dua kelompok/kelas yaitu kelompok eksperimen (percobaan) dan satu kelompok kontrol ( pembanding ). Untuk kelompok eksperimen diajar dengan menggunakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT ) sedangkan pada kelas kontrol yang diajar dengan menggunakan pembelajaran langsung.
B.     Waktu dan Tempat
Penelitian ini diadakan di SMK Handayani  pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.
C.      Populasi dan Sampel
1.    Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar  pada tahun ajaran 2011/2012.
2.    Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas XI TKJ1 dengan jumlah siswa 30 orang dan kelas XI TKJ2 dengan jumlah siswa 32 orang.

D.      Variabel dan Desain Penelitian
1.        Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ada dua jenis, yakni variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika, sedangkan variabel bebasnya adalah pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan pembelajaran konvensional.
2.        Desain Penelitian
Rancangan penelitian pretest-posttest control group design adalah sebuah rancangan eksperimen karena kedua kelompok dipilih sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan penelitian. Rancangan penelitian jenis ini digambarkan sebagai berikut:
R         O1        X1        O2  (kelompok eksperimen)

R         O3        X2        O4  (kelompok kontrol)
 



Kedua kelompok dipilih secara random, yang ditandai R. Pada awalnya keduanya diberi prates (O1 dan O3). Bedanya kelompok eksperimen diberi perlakuan (X1) sedangkan kelompok yang lain tidak dikenai perlakuan melainkan dijadikan sebagai kelompok kontrol. Sebenarnya kedua kelompok tersebut sama-sama mendapatkan perlakuan, tetapi keduanya mendapat perlakuan yang berbeda. Setelah perlakuan (pada kelompok eksperimen) selesai, kedua kelompok sama-sama mendapatkan pengukuran (O2 dan O4).



E.       Defenisi Operasional Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh  siswa kelas XI TKJ SMK Handayani Makassar melalui dua macam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT) dengan model pembelajaran langsung.
a.         Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ( NHT )
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)  guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa yang ada didalam kelas dengan menggunakan stuktur empat fase sebagai sintaks Numbered Head Together (NHT)  yang pertama penomoran dalam hal ini guru membagi siswa kedalam setiap kelompok yang terdiri dari 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberikan nomor antara 1-5. Fase kedua mengajukan pertanyaan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa  yang mana pertanyaannya itu bisa saja bervariasi.fase ketiga berfikir bersama yaitu siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya megetahui jawaban tim. Fase yang keempat menjawab guru memanggil satu nomor tertentu,kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
b.        Model pembelajaran langsung
Pembelajaran langsung adalah salah satu cara penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa, dimana guru lebih mendominasi didalam berlangsungnya proses pembelajaran. Guru lebih banyak mengacu kepada buku refrensi yang telah ada dan penyampaian materi lebih banyak menggunakan metode ceramah.
c.         Hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai akhir yang diperoleh setelah melakukan tes hasil belajar yang diberikan setelah mendapatkan pengajaran materi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan model pembelajaran langsung dalam jangka waktu tertentu.
E.     Instrumen Penelitian
a.        Tes Hasil Belajar
Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan, guru perlu menyusun suatu tes yang berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes itu kemudian diberikan ke siswa. Penskoran hasil tes siswa menggunakan skala bebas yang tergantung dari bobot butir soal tersebut.
b.         Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) berlangsung. Pengambilan data aktivitas siswa dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung yang dilakukan oleh seorang observer, dalam hal ini yang bertindak sebagai observer adalah salah satu guru Matematika SMK Handayani Makassar.
c.          Angket Respon Siswa
Angket respon siswa digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai respon siswa terhadap pembelajaran yang digunakan. Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together  (NHT).
Angket respon siswa dirancang untuk mengetahui pendapat siswa mengenai kelebihan dan kekurangan model pambelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together  (NHT) yang digunakan oleh peneliti dalam pembelajaran matematika. Angket respon siswa diberikan pada siswa ketika proses belajar mengajar matematika dengan menggunakan model pambelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together  (NHT)  telah selesai.
F.       Teknik Pengumpulan Data      
1.      Data tentang kemampuan awal siswa diambil dengan menggunakan tes awal.
2.      Data tentang hasil belajar siswa diambil dengan menggunakan tes hasil belajar.
3.      Data tentang aktivitas siswa selama penelitian berlangsung diambil dengan menggunakan lembar obsesrvasi.
4.      Data tentang respon siswa tentang model pembelajaran Numbered Heads Together  (NHT) diambil dengan menggunakan angket respon.
G.      Prosedur Penelitian
Setelah menetapkan subjek penelitian, maka pelaksanaan penelitian dilaksanakan sebagai berikut:
a)            Menetapkan masing-masing siswa yang dijadikan subjek penelitian ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen akan diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif  tipe Numbered Heads Together (NHT) dan kelompok kontrol akan diajar dengan pembelajaran langsung.
b)            Melakukan observasi pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
c)            Melakukan kegiatan pembelajaran dengan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan frekuensi pertemuan yang sama (4 kali pertemuan).
d)           Setelah pemberian perlakuan pada kedua kelompok, setiap responden diberikan tes hasil belajar dengan soal yang sama untuk kedua kelompok tersebut.
e)            Melakukan analisis pada data tes hasil belajar yang telah dikumpulkan.
H.        Teknik Analissi Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh adalah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
1.        Analisis Statistika Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono,2008:207). Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan  hasil belajar matematika siswa pada setiap kelompok yang telah dipilih.
Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, mean, median, modus, standar deviasi, dan perhitungan persentase (Sugiyono, 2008: 208).
Jenis data berupa hasil belajar selanjutnya dikategorikan secara kualitatif berdasarkan teknik kategorisasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan  dan Kebudayaan (Risal, 2009) adalah:
Tabel 3.1 Tabel Interpretasi Kategori Nilai Hasil Belajar
Nilai Hasil Belajar
Kategori
85-100
Sangat tinggi
65-84
Tinggi
55-64
Sedang
35-54
Rendah
0-34
Sangat rendah

Disamping itu hasil belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil belajar secara individual dan klasikal. Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah yakni 70% , sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila minimal 85% siswa dikelas tersebut telah mencapai skor ketuntasan minimal.
2.        Analisis Statistika Inferensial
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan  untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Teknik statistik ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Untuk menguji hipotesis penelitian, dilakukan dengan tahapan uji normalitas dan uji homogenitas. Pada tahap analisis ini, nilai yang dianalisis adalah selisih antara nilai posttest dan nilai awal (nilai posttest – nilai awal). Selisih nilai tersebut digunakan sebab merupakan nilai yang sudah tidak dipengaruhi oleh nilai awal siswa yang merupakan gambaran kemampuan awalnya. Sehingga data yang dianalisis benar-benar berasal dari nilai hasil setelah diberikan perlakuan
Analisis statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji-t. Namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.
a.         Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dalam pengujian ini digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunaka taraf signifikansi 5% atau 0,05, dengan syarat:
Jika Pvalue ≥ 0,05 maka distribusinya adalah normal
Jika Pvalue < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal
b.        Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki variansi kedua sampel sama atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Levene’s Test. yang bertujuan untuk mengetahui apakah variansi data homogen. Uji ini dilakukan sebelum kita melakukan analisis t-Test. Jika sampel tersebut memiliki varians yang sama, maka keduanya dikatakan homogen. Adapun langkah-langkah dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:
a.       Menentukan apakah kedua varian (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) adalah homogen atau tidak.
b.      Kriteria pengujian (berdasarkan probabilitas/signifikansi)
      Jika Pvalue ≥ 0,05 maka kedua varians sama.
      Jika Pvalue < 0,05 maka kedua varians berbeda.
c.       Membandingkan probabilitas
      Nilai Pvalue ≥ 0,05 maka kedua varians adalah sama
d.      Menarik kesimpulan
1.        Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah diajukan. Untuk maksud tersebut di atas maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t.
                                       t=

dimana =
                                                                                    ( Tiro, 1999: 234)
Ket:    = rata-rata hasil pembelajaran langsung (kelas kontrol)
  = rata-rata hasil pembelajaran Numbered Heads Together (kelas eksperimen).
 S  = simpangan baku gabungan.
 S1 = simpangan baku kelas kontrol.
 S2 = simpangan baku kelas eksperimen.
 n1  = banyaknya data pada kelas kontrol
 n2  = banyaknya data pada kelas eksperimen.
   Uji t ini digunakan apabila kedua kelompok mempunyai varians yang sama (homogen). Apabila secara signifikan terjadi perbedaan varians (tidak homogen), maka uji t yang digunakan adalah:
t’ = 
                                                (Sudjana dalam Veranica, A. P, 2005)
Kriteria pengujiannya adalah:
H0 diterima jika -        t’     , dan ditolak dalam hal lainnya.
Dengan W1 =     ;    W2 =    
               t1 = t(1- )( -1)                 
               t2 = t(1- )( -1) 
Ket:  = rata-rata hasil pembelajaran langsung  (kelas kontrol)
  = rata-rata hasil pembelajaran Numbered Heads Together (kelas eksperimen).
S12 = varians data kelas kontrol.
        S22 = varians data kelas eksperimen.
n1   = banyaknya data pada kelas kontrol.
n2   = banyaknya data pada kelas eksperimen.
                                               DAFTAR PUSTAKA           

Agus Suprijono. 2011. Cooperatif Learninng : Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Depdiknas. 2009. Pedoman Umum Sistem Pengujian Hasil Kegiatan Minat Belajar .(online), ( http:Pedoman-Umum-Sistem-Pengujian-Hasil-Kegiatan-Minat-Belajar/,diakses 9 september 2011).

Emzir.2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.Jakarta:Grafindo Prasada. 

Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar:  Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Hudoyo,H. 2000.Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
                          Edisi Revisi.Malang: Universitas Negeri Malang.
Mulki. 2008. Efektifitas Penerapan Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ma’rang Kabupaten Pangkep. Makassar: Skripsi FMIPA UNM.

Slameto .2003.  Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya .
Jakarta :Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 2010. Cooperatif Learning. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Trianto . 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka: Jakarta

Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta Timur: Bumi Aksara.

Winkel,2004. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: Media Abadi